Foto : Muamil Sun’an
Oleh : Muammil Sun’an
(Dosen FEB–Unkhair Ternate)
Salah satu unsur penting dalam memelihara kestabilan ekonomi adalah kestabilan harga. Stabilitas harga diperlukan untuk mendorong kegiatan ekonomi produktif di bidang produksi maupun investasi. Keadaan tersebut dapat dicapai apabila laju inflasi dapat dikendalikan. Angka inflasi digunakan sebagai dasar bagi para pengambil keputusan untuk menentukan langkah-langkah lanjut dalam mengatasi kenaikan harga barang dan jasa, setelah mempelajari penyebab terjadinya inflasi. Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa yang riil terhadap asset finansial domestik semakin rendah (bahkan seringkali negatif), sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana investasi. Kedua, dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defesit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan hutang luar negeri. Ketiga, inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumberdaya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat, inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi yang tinggi akan dapat mennyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi.
Inflasi adalah keadaan yang sangat menakutkan terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karena dampak inflasi yang begitu luas terhadap perekonomian. Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Menurut pandangan teori ini, proses inflasi terjadi tidak lain karena perebutan bagian rizki di antara kelompok–kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh msyarakat tersebut. Proses ini kemudian diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Inflasi dihitung salah satunya berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK menunjukkan perbandingan harga sejumlah barang dan jasa yang sama pada tahun tertentu terhadap tahun dasar. IHK juga menunjukkan perubahan biaya hidup seseorang/masyarakat dilihat dari perubahan harga barang atau jasa yang dikonsumsi. Singkatnya, indeks harga konsumen menghitung harga atas berbagai barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen.
Inflasi Kota Ternate
Terjadinya inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu tekanan inflasi dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Secara umum, telah diketahui bahwa tingkat inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat berlangsungnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Tingkat inflasi daerah tergantung dan dipengaruhi oleh karakteristik daerah masing‐masing serta besarnya kontribusi dari total inflasi nasional. Dengan memperhatikan faktor tersebut, maka pengendalian inflasi daerah bukan hanya menjadi tugas dari Bank Indonesia melainkan juga pemerintah daerah dan instansi terkait di daerah, khususnya inflasi yang disebabkan dari sisi penawaran.
Baca juga :
- Soal Peningkatan PAD APBD-P Halsel 2021, Muamil Sun’an ; “Pak Ota Keliru”
- Polemik Anggaran Fiktif 500 Juta Pada Inspektorat Halsel, Ini Komentar Akademisi
- Fenomena Flaypaper Effect Pada Pengelolaan Keuangan Daerah
Selanjutnya, di tataran daerah, penyebab inflasi tentu akan sangat bervariasi penyebabnya. Upaya-upaya pengendalian inflasi daerah membutuhkan informasi komoditas apa saja yang memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan inflasi daerah. Dengan mengetahui komoditas ini, upaya pengendalian inflasi dapat ditujukan untuk beberapa komoditas penting ini sehingga pengendalian inflasi dapat lebih efektif. Oleh karena itu mencermati inflasi, tidak cukup dari satu model pengamatan pasar uang/permintaan, namun juga aspek penawaran barang dan jalur distribusinya. Terkait dengan jalur distribusi ini, karakteristik produk sangat menentukan panjang pendeknya rantai distribusi yang harus dilewati oleh sebuah komoditas. Hal ini sangat dimungkinkan antara lain karena untuk memperpendek jalur pendistribusian terutama untuk komoditas yang tidak tahan lama. Dalam perjalanannya melalui jalur distribusi tersebut, sebuah komoditas mengalami perubahan harga sebagai bentuk penetapan margin laba oleh pelaku dalam jalur distribusi. Tidak terdapat pola yang menunjukkan dimana margin laba yang besar/signifikan terjadi, tetapi margin laba bervariasi menurut komoditas dan pihak dalam jalur distribusi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik merupakan bukti yang ditunjukkan bahwa pendorong secara potensial terbesar untuk terjadinya inflasi daerah adalah pada kelompok makanan, yang juga didukung oleh proses produksi dan distribusi. Seperti di Ternate, pasokan bahan makanan masih didominasi dari luar kota (impor). Hal ini dikarenakan Ternate yang tidak berpotensi untuk pemenuhan kebutuhan pangan penduduknya.
Untuk itu diharapkan adanya kebijakan yang terkoordinasi antara berbagai institusi terkait. Hal yang paling terpenting yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah memantau jalur distribusinya serta mengatur harga pasar yang wajar bagi semua pelaku pasar. Selain itu, memperbaiki infrastruktur agar memudahkan pendistribusian barang, serta mendorong masuknya investasi, khususnya untuk barang-barang yang menjadi kebutuhan utama/pokok masyarakat, yang bertendensi menyumbang inflasi daerah. Dinas terkait seperti DISPERINDAG dan BULOG harus secara proaktif untuk mengidentifikasi fluktuasi harga yang tajam (semisal batas fluktuasi harga 10%, maka dinas terkait tersebut harus mampu menjelaskan masalah instabilitas yang mengganggu tersebut). Dalam konteks ini maka operasi pasar harus dilakukan oleh BULOG dan DISPERINDAG di pasar-pasar dan di gudang-gudang tempat penyimpanan para pedagang atau distributor utama. Terakhir, perlu dikembangkan suatu database informasi mengenai inflasi volatile foods, sebagai bentuk early warning pengambilan kebijakan pemerintah dalam pengendalian harga.