Kata Jendral Rido; “Laku Spiritual Mas Eko itu Ibarat Gajah Kecono Merangkai Melati”

Opini99 Dilihat

Oleh : Jacob Ereste

Bangsa Timur memang sangat potensi membangun gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual di Nusantara, karena memang pada dasarnya bangsa Timur memang spiritualis. Demikian ungkap Mayjen Rido Hermawan M.Sc, Wakil Ketua Tenaga Ahli Pengajar Lemhannas, ketika bincang-bincang santai di Kantin 68, Lemhannas Jl. Medan Mardeka Timur Jakarta, Senen, 10 Januari 2022.

Bangsa Barat menurut dia lebih berorientasi pada material, sehingga bangunan gedung mewah menandai tradisi maupun budaya mereka. Tapi Bangsa Timur membangun bangunan yang memiliki nilai spiritualitas. Seperti Candi Brobudur, Kalasan dan Prambanan maupun Candi Muara Takus di Jambi.

Candi Muara Takus itu, sangat dahsyat, karena dahulu menjadi semacam perguruan spiritual bangsa-bangsa di dunia yang dipimpin oleh Maha Guru Bolodewo yang terkenal juga memiliki senjata ampuh Nenggolo.

Karena itu konsepsi Rama, Resi dan Ratu dalam filosofi kita pun sejalan dengan pemahaman Trinitas bagi Umat Kristiani di Indonesia. Sehingga keyakinan terhadap keadilan dan kebijakan Tuhan yang akan terus berjalan berlangsung sepanjang masa diyakini benar adanya.

Pada dasarnya proses dari laku spiritual itu, menurut Mayjen Rido Hermawan M.Sc bermula dari ide, dan gagasan, lalu dijabarkan oleh akal pikiran hingga diolah oleh rasa yang bermuara dalam budi pekerti yang kemudian diimplementasikan dalam ujud dharma yang nyata.

Begitulah proses perwujudannya dharma sebagai bentuk nyata dari perbuatan yang baik, hingga bisa dipahami sebagai ibadhah. Namun untuk dhatma yang tidak sempurna perwujudannya, dia bisa menjadi adharma. Tidak baik, atau bukan menjadi wujud ibadhah yang diharap mampu mendatangkan ganjaran kebaikan, karena bisa memberi manfaat, baik untuk pelakunya maupun orang lain yang menerimanya.

Adapun laku spiritual yang ditekuni Mas Eko Sriyanto Galgendu, ibaratnya seperti Gajah Kencono Merangkai Bunga Melati. Artinya, dengan kekuatan gajah yang dia miliki, mampu merangkai dengan indah kembang melati yang semerbak harum, seperti yang tidak dimiliki oleh banyak orang, kata Rido Hermawan yang mendapat gelar atau julukan dari Ketua GMRI sebagai Wirapati itu.

Eko Sriyanto Galgendu pun mengakui setelah 25 tahun lamanya melakoni laku spiritual, makin teguh tetap memposisikan diri sebagai petugas para pemuka agama untuk menjaga kemuliaannya. “Jadi kalau Jokowi itu petugas partai, seperti kata Megawati Soekarnoputri, mata saya adalah petugas para pemuka agama, untuk menjaga kemuliaan para pemuka agama yang ada di Indonesia. Karena boleh jadi pada saatnya kelak, saya pun harus menjaga kemuliaan para pemuka agama di dunia, kata Eko Sriyanto Galgendu.

Setidaknya, sejak mendapat kemampuan berbahasa bumi saat berada di Gunung Sangga Buana hingga menyusul kemudian Sungging Buana sebagai wujud kasih dari Yang Maha Kuasa, Eko Sriyanto Galgendu semakin percaya melalui gerakan kesadaran kebangkitan dan pemahaman spiritual akan segera lahir pemimpin spiritual yang mampu mendampingi pemimpin politik yang tak mungkin bisa mengatasi, apalagi hendak memperbaiki carut marut yang terjadi di negeri ini akibat dari ulah para politisi dan ekonom yang tamak dan rakus.

Sikap tamak dan rakus itu bukan hanya dalam arti materi, tandas Ketua GMRI yang juga penggerak Forum Lintas Agama di Indonedia, tetapi sikap dan tabiat rakus dan tamak mereka itu juga pada kekuasaan.

Karenanya, kekuatan maksimal dari nilai-nalai spiritual adalah kemampuan menata negara, menata jagat dengan memiliki kekuatan sangga buana, kata Rido Hermawan menimpali pendapat Eko Sriyanto Galgendu, yang mungki hanya dapat diperoleh dengan laku spiritual yang sempurna, atau kaffah tingkatnya seperti dalam terminologi agama.

#Jakarta, 10 Januari 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *