TIMURPOST.com, HALTENG – Terkait dengan ulah sweeping dari sopir angkot yang tergabung dalam Organda Sofifi dengan melakukan pemapalang sehingga membuat peluhan penumpang weda tujuan loleo antrian disepanjang ruas jalan lintas Weda-sofifi.
Dengan hal tersebut, membuat sopir angkot antara Organda Sofifi, dan masyarakat Leleo berujung bentrok di Dusun Loleo, Desa Aketobololo, Kecamatan Oba Tengah. Minggu, (27/03).
Dengan menanggapi kejadian tersebut, Wasekum DPC Organda Halteng Rajif Kahar kepada media ini mengatakan bahwa, kami bingung dengan tindakan yang dilakukan oleh tamang-tamang Organda Sofifi. Torang (kami-red) kalamaring suda sepakat ijin trayek. Senin,(28/03/2022).
“Bahwa, sopir angkot dari luar Halteng harus masuk dan kasih turun penumpang di terminal Weda. Torang (kami-red) juga sadar, ketika bawa (angkut-red) penumpang ke loleo dan ada yang mau turus ke Sofifi. Kami bale kosong kong, tara bawa penumpang. Apakah ini salah torang(Kami-red), cuman bawa penumpang sampe di loleo, itu tujuan penumpang tong mo paksa sampe sofifi,” Ucap Rajif.
Selain itu Rajif menjelaskan soal portal Moreala dan Kilo Tiga yang ada di Kota Weda, itu sebagai bentuk pantauan ke supir angkot dari luar halteng yang tidak patuh pada ijin trayek agar menurunkan penumpang ke terminal kota Weda. Ketika kedapatan supir yang nakal, mereka hanya diarahkan ke terminal.
Lanjut kata Rajif, jadi tidak benar jika ada pembongkaran penumpang di dua portal yang ada di Kota Weda.
Dia juga membenarkan bentrok yang terjadi di Dusun loleo. Dengan bentrokan tersebut. “Bermula ketika sopir angkot Sofifi setelah selesai melakukan sweeping di Lola, lalu mereka menuju di loleo dan mengusir supir angkot yang berasal dari Organda Weda. Dengan hal ini lah membuat masyarakat loleo geram terutama ibu-ibu yang jualan di dermaga loleo,” Jelasnya Rajif.
Diketahui juga, dengan sikap dan komentar Wakil Walikota Tidore kepulauan, usai dalam bentrokan tersebut.
Kata Rajif, tidak pantas seorang pejabat publik mengeluarkan bahasa-bahasa provokatif dan bernada rasisme. Dia juga mengingatkan bahwa, jauh sebelum pemindahan Ibu Kota Kabupaten ke Weda. “Masyarakat weda dan Masyarakat tidore memiliki tali persaudaraan dan kebersamaan yang begitu kental,” Tuturnya.
“Dalam kasus ini, tong(kami-red) sangat memikirkan nasib masyarakat yang hari ini, yang suda menggantungkan hidup di dermaga loleo,” Pungkasnya Rajif Kahar pria kelahiran Tidore itu.
#tp/Red