Menjadi Mahasiswa Bahasa Arab Adalah Ikhtiar Awal Menjadi Kader HMI Sejati

Opini301 Dilihat

Oleh : Naufandi Hadyan Saleh

Penulis Adalah Mahasiswa Progran Studi Pendidikan Bahasa Arab

Organisasi merupakan sebuah kumpulan orang-orang yang memiliki visi dan pemikiran yang sama untuk mencapai suatu tujuan ataupun keinginan tertentu. Victor A Thompson menuturkan,organisasi merupakan suatu integrasi dari sejumlah orang yang ahli berkerja sama dengan sangat rasional dan impersional untuk mencapai tujuan-tujuan yang spesifik dan telah disepakati sebelumnnya. Umumnya suatu organisasi didirikan sebagai penampung orang-orang yang tidak memiliki kecenderungan yang sama terhadap realitas sosial yang dialaminya. Itu kenapa latar belakang didirikannya suatu organisasi tertentu, biasanya dilandasi keresahan yang dirasakan oleh para pendirinya agar secepatnya dapat terselesaikan ataupun dicari jalan keluarnya secara bersamaan.

Suatu organisasi dapat berjalan eksis jika para organisatornya mampu berjalan diatas pendirian awal didirikannya sebuah organisasi. Dibutuhkan keteguhan dan komitmen yang kuat demi menjaga eksistensi suatu organisasi. Menyoal organisasi tak terhitung sudah jumlah organisasi yang masih berdiri tegak di kehidupan berbangsa dan bertanah air. Hingga kini terdapat ribuan organisasi yang bergerak diberbagai bidang kehidupan. Sebut saja organisasi yang bergerak di bidang kepemudaan, kesehatan, kemasyarakatan, keagamaan, kemahasiswaan, kemanusiaan, dan masih banyak lagi yang dengan gagah mendirikan benderanya sebagai tanda hadirnya suatu organisasi.

Diantara deretan organisasi yang bergerak di berbagai bidang tadi, terdapat satu organisasi yang bergerak di bidang kemahasiswaan. Namanya Himpunan Mahasiswa Islam atau yang masyhur disebut HMI. Di roda kehidupan kemahasiswaan, HMI menjadi salah satu organisasi tertua dan terbesar yang ada di Indonesia. besarnya nama serta eksistensi HMI kini bukan tanpa ujian dan rintangan yang dialaminya. Sebaliknya, datangnya ujian dan rintangan yang terlewati menjadi sebab ditasbihkan HMI sebagai organisasi besar yang ada di Indonesia. 75 tahun menjadi bukti serta catatan kokohnya HMI dalam melewati tantangan dan problem jaman. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa setiap organisasi selalu memiliki latar belakangnya sendiri. Itu juga berlaku untuk HMI, secara historisnya terdapat tiga aspek yang mengharuskan HMI hadir ditengah-tengah kehidupan berbangsa pada waktu itu. Aspek pertama adalah problem pada bidang Keislaman, aspek kedua pada bidang keIndonesiaan, dan aspek yang ketiga pada bidang kemahasiswaan.

HMI didirikan pada tanggal 05 Februari 1947 bertepatan dengan tanggal 14 Robiul Awal 1366 H oleh Lafran Pane beserta 14 orang kawan mahasiswanya bertempat di Sekolah Tinggi Islam yang berada di kota Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam. Salah satu dari tiga aspek hadirnya HMI adalah problem keislaman dalam berbangsa dan bernegara. HMI dituntut sebagai organisasi yang mampu menjelma sebagai solutor pada problem keislaman masyarakat Indonesia. karena itulah semangat keislaman menjadi hal wajib yang senantiasa menjiwai perjuangan HMI. Degradasi moral serta akhlak mahasiswa serta pemuda Indonesia waktu itu dipandang perlu untuk diperbaiki sebagai upaya memperbaiki moral anak-anak bangsa. Atas keresahan inilah yang mendorong Lafran Pane beserta dengan 14 orang mahasiswa lainnya untuk segera mungkin mendirikan sebuah organisasi mahasiswa Islam. Lafran Pane memandang situasi pergerakan mahasiswa serta potensi mahasiswa Islam saat itu perlu untuk diorganisasikan sebagai alat perjuangan atas setiap masalah khususnya di tiga bidang kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu mulai dari tahun didirikannya HMI (1947) hingga saat ini perbaikan demi perbaikan terus diberlangsungkan para organisatornya yang samata-mata untuk mematangkan serta memperjelas pondasi dan pedoman dalam ber-HMI. Salah satu yang menjadi karakteristik HMI adalah memiliki AD & ADRT (Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga) Pada pasal 5 anggaran dasar HMI jelas termaktub tujuan HMI, yang menyatakan mewujudkan lima kualitas insan cita, pertama Insan Akademis, Kedua Insan Pencipta, Ketiga Insan Pengabdi, Keempat Insan yang bernafaskan Islam dan yang Kelima Insan yang berupaya mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Tujuan HMI merupakan pedoman serta petunjuk dalam ber-HMI. Setiap kader HMI dituntut agar sebisa mungkin mengimplementasikan lima dari kualitas insan cita pada roda kehidupannya.

Selain memiliki AD dan ART salah satu karakteristik HMI adalah memiliki Tafsir asas. Perlu diketahui HMI merupakan organisasi ber-asaskan Islam yang bersumber pada Alquran dan Hadist nabi (As-sunnah). Menurut kakanda Amir Rajab ketum PB HMI 1955-1957, Tafsir asas HMI dimaksudkan agar seluruh daripada jajaran pengurus HMI dimulai dari pengurus besar hingga komisariat memiliki pedoman atau landasan perjuangan yang sama untuk mengimplementasikan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Ada tiga golongan yang didapuk sebagai pengemban amanah ini, yang pertama umat Islam, kedua umat Islam Indonesia, dan yang ketiga mahasiswa Islam sebagaimana yang diputuskan dalam hasil kongres ke-8 HMI di Surakarta pada tahun 1966. Hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap kader HMI harus selalu mampu untuk mengimplementasikan ajaran agama Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai sosok yang termasuk dalam tiga golongan yang diamanahkan tadi.

Salah satu penyebab degradarisinya moral serta akhlak adalah lemahnya pengetahuan tentang ajaran agama. Pengetahuan tentang ajaran agama adalah bagian yang paling terpenting dalam menjalankan roda kehidupan sebagai seorang muslim. Baik dan tidaknya seseorang tergantung dari seberapa dalam pengetahuan tentang ilmu agamanya. Untuk itu HMI hadir sebagai jawaban untuk memperbaiki moral dan akhlak para pemuda-pemudi Indonesia. Dalam doktrin perjuangan HMI dijelaskan tentang kepribadian HMI. Kepribadian HMI merupakan kepribadian seorang muslim pada umumnya hanya saja penambahan fungsi dan tanggung jawab kemahasiswaan dan kemanusiaan.

Dalam upaya mengimplementasikan ajaran agama Islam ditengah-tengah masyarakat Indonesia maka, setiap kader HMI dituntut agar memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang keislamannya. Seseorang yang hendak menyebarkan suatu ilmu pengetahuan maka terlebih dahulu ia diharuskan untuk menguasainya. Bukankah menjadi hal yang mustahil seseorang yang dituntut untuk menjelaskan sesuatu kepada orang lain sedangkan ia adalah sosok yang masih butuh dan perlu untuk dijelaskan. Untuk itu gerbang awal dalam menjadi kader HMI sejati adalah dengan terlebih dahulu mempelajari ajaran agama Islam. Lalu bagaimana dengan korelasi mahasiswa bahasa Arab dengan seorang kader HMI?

Jika yang dikatakan sebelumnya, gerbang awal menjadi kader HMI sejati adalah dengan terlebih dahulu mempelajari ajaran agama Islam. Maka untuk memulai langkahnya, setiap kader HMI diharuskan untuk bisa mengenal dan mempelajari bahasa Arab. Bak sekeping mata uang, Islam dan Arab adalah dua hal yang tidak akan mungkin untuk dipisahkan. sejauh mata memandang, siapapun yang ingin mengenal Islam akan secara otomatis mengenal Arab. Tak perlu diragukan lagi, berapa banyak sudah literatur-literatur yang termaktub di dalam Alquran, hadist, dan kalam-kalam para ulama yang menjelaskan tentang kemuliaan Arab dan perintah untuk mempelajari bahasanya. Yang paling mudah adalah dengan melihat bahasa Alquran dan bahasa sang pembawa Alquran(Rasullah). Tentu akan kita jumpai bahwasanya bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab.

Didalam Alquran pada surah Yusuf, ayat kedua Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya kami turunkan Alquran dalam bahasa Arab agar kamu memahaminya”

Dan didalam hadist juga nabi SAW memerintahkan kepada umatnya agar mencintai Arab karena tiga perkara, perkara yang pertama karena nabi Muhammad adalah seorang Arabi (penduduk Arab) perkara kedua karena kitab Alquran adalah kitab yang diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, dan perkara yang ketiga adalah komunikasi para penduduk surga menggunakan bahasa Arab.

Umar bin Khattab juga pernah mengatakan; “Pelajarilah bahasa Arab, karena ia merupakan bagian dari agama kalian”.

Rentetan literatur yang telah dipaparkan diatas adalah sedikit dari banyaknya literatur yang menjelaskan tentang kemuliaan Arab dan perintah untuk mempelajari bahasa-nya. Disamping itu, penjelasan diatas juga merupakan anti tesis dari perkataan bung Karno yang dikutip putri-nya Megawati Soekarno Putri pada HUT PDI-P dengan mengatakan, “Untuk menjadi Islam jangan jadi Arab melainkan tetaplah menjadi Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya ini.”

Menguasai bahasa Arab adalah langkah yang paling awal dan part paling urgen dalam mempelajari ajaran agama Islam. Seseorang tidak mungkin mampu mempelajari ajaran agama Islam secara komprehensif dan menyeluruh sampai ia mampu menguasai bahasa Arab. Berangkat dari pemikiran inilah dicetuskan judul diatas, bahwa menjadi mahasiswa bahasa Arab adalah ikhtiar awal menjadi kader HMI sejati. Menjadi kader HMI sekaligus menjadi mahasiswa bahasa Arab benar-benar membawa dampak yang besar dalam proses mendalami ajaran agama Islam. Di program studi bahasa Arab seorang mahasiswa dibina dan diajarkan memahami suatu pengetahuan dalam ilmu agama dari prespektif kebahasaan. Menguasai bahasa Arab, sama halnya menguasai arti, tafsiran, dan asbabun nuzulnya (penyebabnya). Itu kenapa jika setiap kader HMI dapat dengan tekun dan kesungguhan mempelajari bahasa Arab dalam rangka mendalami pengetahuan ajaran agama Islam, maka bukan tak mungkin akan memudahkannya sebagai seorang kader HMI yang berwawasan Islam dan bernafaskan Islam yang mumpuni.

Seorang Nurcholish Madjid dapat menjelma sebagai seorang cendikiawan muslim Indonesia yang besar dan mumpuni dalam wawasan keilmuan keislamannya tentu berangkat dari penguasaan bahasa Arabnya. Dengan latar belakang sebagai seorang santri yang masyhur dikenal sebagai intelelektual yang kuat dalam penguasaan bahasa Arab membuat ia dapat dengan mudah memahami arti, maksud, serta tafsiran Alquran dan hadist nabi sehingga membantunya dalam mengekspresikan pemikiran-pemikirannya.

Bahasa Arab dengan ilmu agama layaknya sebuah kapal dan dermaga. Kapal diilustrasikan sebagai perantara dan dermaga diilustrasikan sebagai tempat yang hendak dituju. Sama artinya jika seseorang yang ingin mencapai pemahaman ilmu agamanya maka tentulah ia memerlukan bahasa Arab sebagai wasilah (perantara) yang dapat menghantarkannya menapaki puncak pemahaman.

Kader HMI sejati juga adalah ia yang mampu menjalankan seluruh daripada fungsi, peran, serta tanggungjawabnya sebagai seorang muslim dan mahasiswa dalam upaya mewujudkan tujuan HMI yakni kualitas insan cita. Kualitas insan cita hanya akan bisa terwujud jika setiap kader telah mampu dan mantap menginternalisasi nilai-nilai keislaman dan tanggung jawab sebagai mahasiswa,baik wawasan maupun amaliahnya dalam setiap gerak dan nafasnya di dunia. Sehingga menjadi lengkap sudah jika seorang mahasiswa bahasa Arab sekaligus kader HMI dapat menkolaborasikan antara tanggung jawabnya sebagai mahasiswa dan seorang muslim.

Dengan demikian sebagai seorang mahasiswa bahasa Arab penulis dengan yakin mengatakan, untuk menjadi kader HMI yang mumpuni ikhtiar awalnya adalah menjadi mahasiswa bahasa Arab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *