Oleh: Galang Agustira K. Halang
Investasi ialah suatu pembelian oleh sebuah perusahaan dalam bentuk gedung-gedung baru, alat baru, stok persediaan, dan bentuk lain dari penambahan modal. Itu berarti investor yang datang di daerah kita memiliki tujuan untuk menghabiskan seluruh aspek kehidupan masyarakat kita. Dengan hadirnya investasi besar-besaran di MALUKU UTARA, maka secara langsung pendapatan perkapita dengan kecakupan hidup melampaui batas ambang tarif hidup. Peraturan perundang-undangan yang terbaru adalah dengan dikeluarkannya UU No. 25/2007 Tentang Penanaman Modal dan UU No. 40/2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam undang–undang ini, menjadi kontroversi yang mana setiap perusahaan-perusahaan yang dominan bergerak di bidang sumber daya alam. Tapi ini hanya sebuah hal biasa bagi kapitalis yang ingin menanam modal disetiap wilayah tujuan.
Ini berarti, setiap tahun angka lowongan kerja meningkat sejak hadirnya industri ekstraktif. Dari awalnya 1.000.000 hingga kini 12.000.000 tenaga kerja dengan berjumlah selurunya sekitar 48.000.000 juta ribu tenaga kerja. Tapi itu baru satu industri pertambangan yaitu PT IWIP yang berada di HALMAHERA TENGAH. Akan tetapi, berita yang beredar bahwa ada 1.000.000 Juta Tenaga Kerja Asing (TKA) yang masuk ke Indonesia dan khususnya industri pertambangan di MALUKU UTARA. Kalau di simpulkan masyarakat MALUKU UTARA belum bisa bekerja. Padahal, setiap pertahun angka pengangguran di MALUKU UTARA meningkat perseribu orang, belum termasuk sarjana dari strata S1, S2, hingga S3.
Sebab, dari hadirnya investasi diawal tahun 2020 yang notabenen menjawab isi perut masyarakat MALUKU UTARA. MENTERI Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjahitan mengungkapkan, ada dua kawasan industri di Maluku Utara yang bisa Gaes Investasi Rp. 328 Triliun di tahun 2021, ini berarti angka APBD naik. Kita ketahui bersama bahwa investasi ini ada gejolak atau pro dan kontra. Ada yang beranalogi bahwa ini hal baik sebab hadirnya tambang maka pendapatan perkapita itu juga meningkat. Secara tidak langsung mengurangi angka penganggguran di wilayah tersebut. Baru-baru ini Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka kemiskinan di MALUKU UTARA meningkat yaitu di 4 kabupaten yang dominan memiliki industri pertambangan terbesar.
Kemiskinan tersebut meliputi tidak terpenuhinya kebutuhan pokok yang mencangkup aspek primer dan sekunder. Aspek primer berupa miskinnya aset pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sekunder miskinnya jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informal, seperti kurang gizi, air, perumahan, perawatan kesehatan yang kurang baik dan pendidikan yang relatif rendah. Dan juga untuk menghitung pendapatan perkapita harus melewati atau mencukupi angka Rp. 2.500.000/bulan. Dan masyarakat Maluku Utara Belum menunjang hal ini, apalagi hadirnya tambang sisi pendapatan yang dulunya nelayan dan petani secara tidak langsung mengurangi. Todaro pernah berkata, bahwa pembangunaan adalah bagaimana mengembangkan kehidupan fisik dan spritual dari masyarakat. Jadi, kalau suatu wilayah tersebut belum makmur dan sejahtera jangan kau ambil mata pencarian demi kesenangan keluarga kalian.
“KRITIK dan SARAN” : jikalau wilayah tersebut belum menjawab kemakmuran masyarakat, tenaga kerja, dan skill masyarakat jangan dulu jual tanah ini untuk investasi bagi kaum oligarki yang tidak tahu dampak dari segala resiko yang kami tanggung. Tetapi masyarakat harus punya ide bisnis untuk menunjang pendapatan, terutama menyediakan tempat tinggal dan bahan pokok yang diperlukan Tenaga kerja (TK). Hasil eksploitasi tambang, ini berdampak besar, mulai lingkungan, kesehatan, serta ekonomi. Jangan jadi manusia yang hidup hanya pikirkan hal individu. Kami tak bodoh tapi kurang cerdas dalam melihat itu. Kami memang butuh uang tapi jangan gadaikan pikiran kami dengan kesenangan semata.
Akhir kata:
JIKA POHON TERAKHIR TELAH KAU TEBANG, JIKA SUNGAI TERAKHIR TELAH KAU CEMARI, DAN JIKA TANAH TERAKHIR TELAH KAU GUSUR
MAKA KAU AKAN SADAR BAHWA SEBENARNYA UANG TAK BISA KAU MAKAN.
#Stop IUP di Maluku Utara, OmbakLupaDaratan, KritikDalamTulisan, MenolakLupa, InvestorOligarkiKapitalis