Geneologi Perkaderan HMI
Iktiar Peningkatan kualitas Intelegencia Kader Di Tengah Tantangan Zaman Yang Berubah
Geneologi Perkaderan HMI akan mudah diformulasi bila dipotret secara fundamental dan menyeluruh dari sekian faktor yg melatari kelahiran HMI. Agus Salim Sitompul mencatat, ada 3 hal penting yg mempengaruhi kelahiran HMI; 1. Adanya factor sinkritisme theologi yg memasung tauhid, keyakinan umat islam, sehingga tauhid tidak memiliki daya ledak, atau memperlemah gerakan umat islam. 2. Gaya hidup kaum muda muslim, mahasiswa islam yg pragmatis, hedonism individualism. 3. Belanda akan kembali melanjutkan kolonialisasinya di ntanah air setelah Jepang kalah dlm perang dunia ke dua.
Selain itu saya ingin memperkaya khazanah pemahaman kita dengan memberikan catatan tambahan terkait beberapa alasan lain, selain yg sudah ditulis bang Agus Salim Sitompul tersebut di atas: 1. Hilangnya 7 kata dlm Piagam Jakarta yg sudah disepakati oleh Tim 9 BPUPKI Kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya. Hilangnya 7 kata dlm piagam Jakarta merupakan pukulan berat bagi para perumus, kaŕena dianggap tidak konsisten. Dan Allah sangat murka kepada mereka yg tidak sanggup menegakan sikap konsistensi. Para perumus adalah kaum inteleginsia muslim merasa malu dan kehilangan kehormatan dihadapan sejarah umat. 2) Hilangnya tradisi kritisism dan progresivitas pada kaum muda intelegensia dan mahasiswa islam, setelah para mantan activis JIB (Jong Islamitien Bond) dan CIS (Islamic Study Club) terserap dlm politik masyumi dan kekuasaan, dan lupa melakukan kaderisasi intelegia muda muslim.
Mas Dawam Rahardjo dlm bukunya “Intelectual Intelegensia Dan Prilaku Politik Bangsa (Mizan hal 13) mengutip pendapat Herry J Benda seorang sarjan Amerika yg pernah melakukan penelitian di Indonesia. Menurut Harry J Benda, bahwa prubahan yg revolusioner di Asia, Afrika dan Timur Tengah sejak awal abad ke 20 sangat dipengaruhi oleh peradaban Barat, yaitu westernisasi, modernism, liberalism, individualism, kapitalism. Memahami pandangan Harry J Benda, maka saya kira cukup beralasan kalau kelahiran HMI juga didorong faktor atau bahaya dari modernisme, liberalism, kapitalism yang selalu menginvasi dan menghegemoni negara berkembang.
Oleh sebab itulah HMI yang terlahir dari kampus Sekolahh Tinggi Islam (STI) Yogyakarta 5 februari 1947, dengan tujuan mempertahan kedaulatan Indonesia dari invasi dan ekspansi emperialisme asing, dan menegakan siar islam. Dari aspkes socioso historis itu para pendiri HMI berikhtiar meletakan dimensi perkaderan menjadi aspek unggulan dan terpenting bagi HMI di dalam mempelopori gerakan perubahan sejarah peradaban umat manusia di masa depan. Persoalan mendasar itulah mendorong dan menempatkan HMI sebagai organisasi yang mengarus utamakan gerakan perkaderan. Agar kader kader HMI menjadi actor ideologis yang menggerakan wajah dan arah perubahan.
Apa itu kader ? Saya ingin menawarkan satu definisi Kader. KADER ialah Segelintir orang yg terseleksi terdidik, terpelajar, memiliki komitmen ang kuat pada visi dan misi HMI, serta loyal dan militan mengawal organisasi untuk mencapai tujuan.
Maka semua proses “keber HMI an” adalah bermakna kaderisasi, proses untuk membentuk kualitas kader. Semua rangkaian activitas seperti LK1, LKK LK2 dan LK3, dari Kepengurusan di level komisariat, Korkom, Cabang, Badko, PB, maupun semua bentuk training informal, kepanitiaan, CI, SC, begitu juga semua proses pengambil keputusan di HMI seperti Rapat Angggota Komisariat (RAK) Musyawarah Pimpinan Komisariat, Konferensi Cabang, Musawarah Daerah, Kongres, termasuk kegiatan kepanitiaan, semua proses itu difahami sebagai proses kaderisasi. Dimana semua rangkaian activistas itu merupakan mata rantai yg sistemik, yg saling terkait antara satu dengan yang lain. Rangkaian proses itu dimaksudkan untuk membentuk kualitas, karacter, etitude sesosok sejatinya kader HMI. Di mana output dari totalitas proses perkaderan yg demikian itu, akan mentransformasi energi kader HMI sebagai ruh sekaligus sebagai bingkai yg menyatukan agama dan bangsa, juga ke Islaman dan KeIndonesiaan kita.
Untuk itu proses mengolah training HMI adalah untuk mentransformasi kesadaran genetik anak umat dan anak bangsa menjadi sejatinya kader yg berkualitas dan berintegrity. Untuk itu saya ingin membayangkan, atau menganalogikan bahwa proses training yg berdimensi tranformatif dan berintegrity itu, dg dua analogi.
Pertama, seperti halnya seorang Ibu yg membuat sambal. Bahan yg diperlukan untuk membuat sambal itu terdiri dari, cabe, berambang merah, berambang putih, terasi, tomat, laos, kemangi, garam, lada, daun salam, serre dll. Semua unsur yg diperlukan itu lalu dimasukan ke dldm blender. Blender bergerak sampai beberapa kali. Maka jadilah sambal yg sdh berubah bentuk, sifat, zat dan rasa dari sebelumnya. Analogi ini memberikan pesan pada kader HMI, bahwa proses internalisasi selama di HMI harus melahirkan persenyawaan yg dinamis antar sesama anak HMI. Persenyawaan itu menjadikan anakn HMI sebagi energi yg terbarukan berdaya ledak, yg menentukan arah sejarah peradaban bangsa. Dengan begitu HMI yang akan mengendalikan dan menentukan corak arah jalan jalan sejarah bangsa.
Analogi yang kedua, Institusi training itu seperti halnya keberadaan Muhammad bin Abdullah berada dia gua hiro. Muhammad datang ke gua hiro membawa masalah theo social yg menghimpit dan menyelimuti kehidupan social ekonomi dan sosial budaya masyarakat Makkah dan sekitarnya. 1). Monopoli harta kekayaan oleh segelintir orang, 2). Mengeksploitasi perbudakan untuk penguasaan kapital. 3) membunuh bayi perempuan hidup dlm keadaan hidup untuk menjaga kelanggengan kekuasaan ekonomi. 4). Hal itu semua terjadi karena pangkalnya mereka menyembah berhala Lata dan Uzza, bukan Tuhan yg disembah oleh moyang mereka Nabi Ibrahim dan Ismail as.
Hal hal itulah yg menjadi problem fundamental Muhammad sebagai pewaris bani Hasyim. Saat Muhammad sedang bertafakkur itu, Malaikat Jibril alaihissalam datang bersimpuh di hadapan Muhammad memantulkan cahaya bagai cahaya menerangi gelapnya gua. Misi kedatangan Jibril menyampaikan wahyu yg berisi ajaran, metodelogi bagi Muhammad memecahkan masalah yg mendera peradaban kemanusiaan di lingkungan Muhammad.
Isi ajaran itu, yg termuat dlm surat al alaq ayat 1 – 5.
1. Iqra’ bismirobik
Alladzi kholoq
2. Kholaqol insana min alaq
3. Iqra’ warabbuka alakram
4. Alladzi allama bilqolam
5. Allama al insana ma lam ya’ lam.
Dengan lima ayat itu Muhammad mimiliki metode yg tepat untuk mengatasi problema kejahiliaan warga Makkah. Muhammad ditugaskan pertama kali memetakan persoalan yg menimpa kehidupan umat kota Mekkah, dan Muhamad diminta untuk mengembalikan iman umat kota makka pada Tauhid, menyembah Allah yang tunggal, Allah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan meninggalkan sembahan mereka, berhala lata dan uzzah. Inilah perintah atau risalah kenabian pertama yaitu mendoconstrucsi kekafiran dan kebodohan orang orang Mekkah untuk kembali ke jalan benar mengimani Allah al jalal wal mutakabbir. Dengan mengimani Allah SWT. Allah sebagai sumber kebebaran, pencitpa, dan maha guru ilmu pengatahuan.
Setelah wahyu pertama Ternyata Nabi muhammad pun masih gugup, belum conviden dg tugas kenabian itu, ia larut dalam pelukan isteri. Maka Datang lagi ajaran baru untuk membangun keberanian dan meluruskan kometmen kenabiannya. Ajaran itu tertuang dlm surat almudatsir.
Ya ayyahul mudatsir = wahai orang berselimut.
Qum faandzir = bangunlah dan berikan peringatan
Wa robbika fakabbir = dan besarkan nama Tuhanmu
Watsiabaka fathohir = maka sucikanlah pakianmu
Warrujza fahzur = tinggalkan segala perbuatan yang keji.
Bangkit wahi orang yg berselimat, sucikanlah dirimu dari segala ketakutan dan keraguan, dan besarkan Nama Tuhanmu. Dari sini Nabi Muhammad mendapat tugas kerosulan bahwa menegakan kalimat selalu dalam keadaan suci bathin, suci fikiran dan suci niat, sehingga tumbuh kecerdasan dan keberanian untuk menyiarakan dan menda’wahkan kebenaran kepada ummat penghuni dunia.
Training, Perkaderan adalah instutusi pembelajaran, gua tempat untuk mentransaksi tugas manusia pembawa misi ilayai, melanjutkan tugas profetic Muhammad. Training tempat untuk meneguhkan kembali mision setiap manusia adalah kholifah.
Sedangkan input atau rekrutmen anak HMI datang dari berbagai penjuru negeri, dari Merauke – Sabang dg latar budaya, latar faham keislaman yg beragam. Mereka memilih dan masuk ke ruang transformasi HMI, karena HMI organisasi kader yg bersifat independent, tidak beraviliasi kepada kekuatan politik dan ormas manapun. Selanjutnya mereka berproses secara sistemik di rumah perkaderan HMI dg pola dan format kerja secara institusional. Perkaderan HMI yang sifatnya berjenjang, sangat selectif, mendeconstruksi watak primitif, localis, jahil, individual, menjadi muslimst, universalist, modernist dan berintegrity. Proses uraian inivpada gilirannya menjadi out put, sebagai activis (mujahid), intelectualism (mujtahid) dan ideolog (mujaddid).
Dari proses demikian ini, maka secara teologis maupun filosofis kaderisasi merupakan proses sadar, sistemik dan terencana guna bisa merubah atau membentuk kesadaran setiap orang untuk kembali pada dimensi fitrah manusia sejati.Training sebagai institusi yg akan meneguhkan kembali peran dan posisi manusia sebagai kholifah dan Hamba Allah. Kholifah berarti menjalani mission, yaitu menjadi representasi Allah, menempati posisi yg diberikan Allah, melaksanakan apa yg telah dimandatkan Allah, dg berpedoman pada kalam Allah, serta senantiasa meneladani metode gerak yg diperaktekan oleh Nabi Mohammad sebagai nabi dan rosul Allah. Maka sejatinya tugas Seorang kader ialah menjalani dan menjunjung tinggi mission kekholifahannya dan terus beruswah pada pengalaman Muhammad saw, yg berhasil menjalani tugas kenabian Muhammad.
Maka seorang kader HMI pertama dilakukan meneguhkan imannya kepada Allah dengan sebenar benarnya iman. Allah berfirman di surat al kahfi 13 – 14.
Nahnu naqussu alaika nabaahum bilhaq, innahum fityatun amanu birobbihim wazidnahum hudan. 13. Arobatna ala quluubihim, idz qoomuu faqooluu robbuna robussamawati wa alrad. Lannadu min dunihi ilahan laqod qulnaa idzan syathothan, 14.
Kami ceritakan padamu (Muhammad), kisah mereka dengar sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka. QS alkahfi:13. Dan kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri, lalu mereka berkata, Tuhan kami adalah Tuhan semasta raya, Tuhan langit dan bumi, kami tidak akan menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran. QS al kahfi:14.
Pentingnya seorang kader HMI meneguhkan tauhid dan ketika tauhid telah menjadi kesadaran gerakan kader HMI maka ia akan memperoleh optimisme untuk merahi kebahagiaan, kemenangan dan kekuasaan. Karena semua itu janji Allah kepada semua orang mewakafkan diri berjihad di jalan Allah dan membela agama Allah. Membela dan memperjuangan ajaran tentang keadilan, kesetaraan, kesederajatan sosia, tidak ada diskriminasi dan saling menindas sesama, kemaslahatan public dan kebenaran untuk kepentingan manusia maka Allah akan menolong hidupnya.
Olehnya kesejatian eksistensial seorang kader HMI ia selalu hadir di ruang public untuk menyuarakan hak hak umat, hak rakyat yg tertindas oleh kekuasaan yang maha kuasa. Bila HMI telah hadir dalam formulasi yang demikian sesungguhnya kader HMI sedang memerankan tugas intelegensia muslim.
Geneologi intelegencia HMI kalau merujuk dalam tulisan Victor Tanja, bhw HMI hadir karena adanya kekosongan tradisi kritisism, intelectualism kaum intelegencia muslim yg semula dipelopori oleh Generasi JIB Jong Islamtien Bond dan SIC (Study Islamic Club). Generasi mewarisi peradaban ilmu, membangun tradisi dealectika kritis. Mereka diskusi soal islam, islam dan ummat, islam dan imperialisme, islam dan negara.
Dan salah satu polemik yang amat bersejarah dan menarik untuk dicatat oleh kader HMI, ialah polemik antara Natsir dan Soekarno tentang islam, nasionalisme dan negara. Perdebatan yang berkelas dan bermartabat. Perdebatan teori, filsafat, nilai dan etika yg dipertaruhkan untuk kehomatan dan wibawa negara. Perdebatan yg mengunggulkan kecerdasan moral intelectual antar anak bangsa yg mewakili alam fikiran dan mazhab politik di zamannya. (Baca Pak Ahmad Syafii Maarif dalam.Membumikan Islam hal 109 – 112) Generasi Cemerlang yg lahir dari rahim JIB dan SIC selain Pak Natsir, juga terdapat tokoh lain seperti Soekaiman, Yusuf Wibisono, Mr Moh Roem, Kasman Singodimejo, Prawoto, Syamsu Ridjal, Wiwoho adalah intelegencia muslim yg berlian, pena intelectual mereka sangat tajam namun mereka sangat dihargai oleh patner, bhw mereka generasi terdidik, tercershkan dan beintegritas. Mereka hasil didikan guru intelectual yg mashur, H. Agus Salim. Dan mereka kaum terceeahkan itu kemudian menjadi pelopor berdinya Republik Indonesia.
Gerakan Intelegencia muslim yg terlahir dari rahim HMI, patut di catat. Deliar Noer Generasi Nurcholish Majid, Kuntowijoyo, M. Amin Rais, Dawam Rahadjo, Ahmad Wahib, Ahmad Syafii Maarif. Imaduddin Abdurrahman, Endang Syaifuddin Anshory.
Cak Nur yang kemudian dikenal sebagai locomotif penarik gerbong Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam.Tulisan Cak Nur tentang keharusan pembaruan pemikiran islam, yang mencoba membongkar akar kemandulan dan kemandekan pemikiran yg telah lama membelenggu kehidupan sosial budaya umat. Olehnya diperlukan secularisasi, yaitu meruntuhkan hal yang berbau imanent dan syakral menjadi profan, yaitu menarik islam bersifat melangit menjadi pembumian atau membumikan ajaran islam. Gerakan Cak Nur boleh kita nilai sebagai kontinetas dari sinkritism theologi yg membelenggu umat, juga sekaligus membuka lembaran sejarah baru mengenai pandangan umat tentang islam yg senantiasa membawa perubahan atau modernitas.
Secara idelogis politis gerakan Cak Nur tentang perlunya pembaharuan ini dimaksudkan untuk memotong pandangan politik umat masa lalu untuk memasuki era baru politik Indonesia secara pasti tanpa kebimbangan menerima Orba Baru. Tentu gerakan cak Nur ini juga mengundang reaksi dan polimik yang panjang antara generasi Cak Nur dengan generasi seperti Pak HM Rosyidi.
Di Yogyakarta juga terjadi didkursus di Limitid Study Grup. Diskusi yang dirancang Ahmad Wahib yg dipandu oleh Pak Mukti Ali selaku senior. Jejak forum kaum intelectual muda muslim Yogyakarta kemudian dibukukan oleh Johan Efendi berjudul Pergolakan Pikiran Islam.
Hasil Pembenihan dan Penumbuhan intectual dari rahim perkaderan HMI yg tumbuh di seluruh pelosok negeri. Mereka tumbuh menjadi tenaga acedemis di berbagai kampus, peneliti, activis LSM, politisi, dunia usaha, memperkuat posis tawar masrakat di manapun kaum intelectual lulusan HMI berkiprah. Dan pada puncaknya karya karya anak HMI memberi potret baru wajah Indonesia. Tanpa dirasa sebaran anak HMI telah menjadi kekuatan yg menentukan arah bangsa, sejak Generasi 1960 – 1980 an, merekah yg menjadi motor yg menggerakan dan menghantarkan lahirnya Organisasi Islam yg terbesar di akhir kepemimpiana Pak Harto IKATAN CENDEKIAWAN MUSLIM Se Indonesia (ICMI) di kota Malang Desember 1990. Para mantan activis HMI membidangi kelahiran ICMI yang merubah wajah Peradaban Politik Indonesia. Kehadiran almuni HMI dlm ICMI merupakan proses mobilisasi elit dari anak anak umat untuk mengatur dan mengurus umat dan bangsa melalui instutusi negara.
Namun sayang riwayat keemasan anak anak umat ini berjalan singkat sesingkat kabinet BJ Habibie. Sayang BJ Habibie jatuh karena politisi Indonesia gagap menghahadpi tekanan Intenasional. Laporan Pertanggung jawaban BJ Habibi ditolak oleh dua Partai besar PDIP dan Golkar, yang dibacakan oleh dua kader HMI, Zulfan B Lindang mewaikili PDIP dan Priyo Budi Santoso mewakili Golkar. Pada hal mestinya mempertahankan BJ Habibie maka pasti jalan perubahan politik di tangan politis intelegiansa muslim akan terus berlangsung. Dengan berakhirnya BJ Habibie berakhirlah sejarah peradaban politik yg dipelopori intelegencia muslim alumnus HMI.
Di mana Peran HMI sebagai mesin pencetak kaum intelegencia muslim.?
Setiap generasi memiliki zamannya, dan setiap zaman memiliki tantangan, dan setiap tantangan memiliki jawaban tersendiri. Apabila anda memberikan jawaban yg sama pada setiap tantangan, maka anda telah mencitakan kehancuran. (Arnold Toynbe). Senanda dg pandangan Arnold Toynbe, sejarawan kelahiran Inggris 14 apri 1889 – 22 oktober 1975, saya ingin menggaris bawahi dengan ayat Allah, pada surat al Ashar.
Wal ashar, inna alinsana lafie khushrin, illa allathyna amanu wa amila sholihien.
Demi masa waktu ashar, sesungguhnya manusia dlm keadaan merugi, kecuali orang beriman dan beramal sholeh. Orang yg mengimani perubahan waktu, setiap perubahan membawa implikasi pada pada perubahan kandungan kosmos. Apabila manusia bisa mengolah hukum perubahan waktu dan cosmos dg berbagai implikasinya maka dialah orang beruntung. Itulah jalan menuju sejarah baru.
Inna fie kholqissamawati wal ard, wakhtilafillai wannahar, laayatin liulil albab. Allathina yadzkurunallah qiyaman waqoudan waala junubihim wayatafakaruna fie kholqissama wati walard. Robbana ma kholta hadza bathila subhanaka faqina adzabannar. (QS Ali Imran190 – 191).
Ayat ini mengharuskan dan menugaskan kaum intelegencia untuk memahami makna penciptaan langit dan bumi serta segala isinya, maupun pergeseran waktu antara siang dan malam adalah pelajaran bagi orang ahli fikir, ahli perubahan, cendekiawan. Sampai dimana seorang ahli fikir menemukan substansi atau hakekat penciptaan langit dan bumi serta segala isinya. Kemudian dia menyerahkan diri kepada Allah seraya mengatakan, Tuhan tidak sia sia Engkau mencipatakan semua ini. Maka jauhkan kami dari siksaan api neraka. Seorang intelegensi senantiasa menjadikan peristiwa cosmologis adalah ruang pembelajaran untuk mengambil manfaat bagi pembangunan peradaban umat manusia
INDONESIA negara dianugerahi Allah kekayaan sumber daya alam yg berlimpah ruag, hari ini sedang dlm proses invasi oleh negara tertentu. Terjadi berbagai anomali dan krisis besar akan nenimpa negeri ini. Bahkan rakyat pemilik kedaulatan negarapun gagal dilayani dan gagal diurus oleh negara.
Sistem penyelenggaraan negara yg makin jauh dari kebenaran bernegara dan berdemokrasi. Penyelenggaraan demokrasi di tanah air sering kali dicederai dg kekerasan berdarah dan sarat manpulasi.
Ummat Islam sebagai warga bangsa mayoritas seringkali diperlakukan secara tidak adil. Terstigmatisasi dg berbagai merek negatif, seakan negeri tanpa hak bagi umat islam. Ormasnya dibubarkan, pemimpin dipenjarakan, pendukungnya dibunuh secara biadab oleh alat negara. Para activis yg menyuarakan suara kebenaran, meluruskan kiblat bernegara juga harus dipenjarakan dg berbagai alasan.
Para penyelenggara negara gagal memperlihat cermin etik sebagai negarawan dannaristockrat ulung. Tetapi justru mereka berperan menjadi juru bicara dan mengawal kepentingan Presiden.
NEGARA dan perangkat sistemnya diperalat oleh pemilik modal, investor, kekuatan oligarcy menghegemoni dan menginvasi. Di mana arti kemerdekaan dan kedaulatan bernegara ?
FORMULASI
Pertanyaan dari Permasalahan itu sejatinya menantang dan menguji nyali activis HMI. Seberapa jauh kesanggupan dan geniustias kader HMI mengarticulasi tanggung jawab dan tugas sebagai ulul albab, cendekiawan, intelegencia yang resah, terganggu lalu terpanggil untuk menjawab. Jika anda tidak terpanggil maka anda bukan termauk ulul albab, bukan kaum intelegensia yg tidak punya kepekaan terhadap masalah bangsa. Kalaupun anda tahu, tapi tidak mengambil peran, karena mengganggu kepentinganmu, maka sesungguhnya anda telah melakukan tindakan kesalahan yg merugikan banyak fihak maka menurut Jullian Benda, tindakan anda termasuk atau tergolong sebagai pengkhianatan intelectual.
Sebagai kader HMI, intelegencia muslim, bila anda abai, membiarkan, lalu tak peduli terhadap masalah yg menimpa beban penderiataan umat, anda tergolong sebagai orang munafik. Andai mengabaikan tugasmu untuk memperjuang hak hak politik ekononi warga bangsa yg ditindas oleh kekuasaan.
REKOMENDASI
Agar supaya HMI lebih focus dlm konstruksi gerakan perkaderan, maka saya usul bidang PA dikembalikan dg nama Bidang KADER, nama itu lebih punya kharisma dan geregat meeujudkan aksioma IDENTITAS DAN KUALITAS KADER. Sedangkan PA terlalu umum, mengurus anggota, apalagi arus utama HMI adalah organisasi kader.
YAKIN USAHA SAMPAI
MHR. Shikka Songge
Peneliti CIDES. Instructur Nasional Sekolah Kader HMI