Refleksi : Perjalanan di Bumi Lancang Kuning

Cerpen191 Dilihat

 

Penulis : Riski Mansur

Mahasiswa Universitas Khairun Ternate

Posttimur.com–Satu tahun yang lalu, tepatnya di tanggal 8 Februari 2024 saya tiba di Bumi Lancang Kuning dengan penuh semangat dan rasa penasaran. Mengikuti Program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yakni Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Batch ke-4 di Universitas Lancang Kuning atau yang biasa disingkat Unilak sebagai salah satu perguruan tinggi yang berada di Pekanbaru, Provinsi Riau, selama satu semester. Ini merupakan kesempatan terbaik. Namun, siapa yang tahu bahwa perjalanan ini akan mengubah cara saya melihat dunia dan diri saya sendiri. Kini, setelah satu tahun berlalu, saya merasa perlu untuk merenungkan dan meresapi setiap momen yang telah saya lewati—perjalanan yang tidak hanya membawa saya ke tempat baru, tetapi juga membawa saya lebih dekat dengan pemahaman yang lebih dalam tentang hidup.

Ketika pertama kali tiba, saya bersama dengan 34 mahasiswa lainnya yang berasal dari perguruan tinggi se-Indonesia dan disambut dengan kehangatan dan keramahtamahan yang luar biasa dari pihak Unilak. Namun, di balik itu, tantangan besar segera datang. Perbedaan budaya, bahasa, dan cara hidup di Bumi Lancang Kuning membuat saya merasa seperti seorang asing di tanah yang baru. Setiap interaksi terasa penuh dengan ketidakpastian, dan saya sering merasa terasing. Bagaimana saya bisa beradaptasi dengan cepat? Bagaimana saya bisa menemukan tempat saya di sini?

Namun, saya belajar bahwa tantangan adalah bagian dari proses belajar. Dari kebingungan dan ketidaknyamanan itu, saya menemukan cara untuk bertumbuh. Saya belajar bahwa keberagaman bukan hanya soal perbedaan, tetapi juga tentang bagaimana kita menemukan kekuatan dalam perbedaan tersebut. Dari perbedaan bahasa, saya belajar untuk mendengarkan dengan lebih teliti; dari perbedaan kebiasaan, saya belajar untuk lebih menghargai perspektif yang berbeda. Semua itu, meskipun sulit, adalah bagian dari pembentukan diri saya.

Salah satu pelajaran terbesar yang saya dapatkan di sini adalah pentingnya proses. Dalam setiap kuliah, diskusi, dan program yang saya ikuti, saya mulai memahami bahwa pembelajaran sejati tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di luar ruang kelas, di tengah interaksi dan pengalaman sehari-hari. Saya belajar bahwa belajar itu bukan hanya tentang menyelesaikan tugas atau mencapai nilai terbaik, tetapi tentang bagaimana kita mengubah pengalaman itu menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan kita.

Saya ingat, ada saat-saat ketika saya merasa frustasi, tidak memahami sepenuhnya materi atau merasa tidak cukup kompeten dalam program yang sedang saya kerjakan. Tetapi justru di titik itulah saya belajar untuk tidak takut gagal, untuk terus mencoba dan memperbaiki diri. Proses yang saya jalani mengajarkan saya untuk lebih sabar dengan diri sendiri dan lebih terbuka terhadap pembelajaran yang datang dari berbagai arah.

Salah satu aspek yang membuat perjalanan ini begitu istimewa adalah kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman dari berbagai latar belakang. PMM4 bukan hanya tentang saya belajar di kampus, tetapi juga tentang kolaborasi, berbagi ilmu, dan membangun hubungan yang kuat dengan sesama mahasiswa dan masyarakat sekitar.

Saya belajar bahwa persahabatan dan kerja sama adalah kekuatan yang luar biasa. Melalui kerja kelompok dan berbagai kegiatan bersama, saya menyadari bahwa tidak ada satu pun orang yang bisa berkembang sendirian. Setiap teman, setiap diskusi, setiap perbedaan pendapat, semuanya memberikan saya pelajaran tentang bagaimana membangun hubungan yang sehat dan produktif. Saya belajar bahwa kolaborasi bukan hanya tentang mencapai tujuan bersama, tetapi juga tentang menghargai peran masing-masing dan saling menguatkan dalam perjalanan tersebut.

Setelah 4 bulan lebih, saya merasa telah berubah. Saya bukan lagi orang yang sama seperti ketika saya pertama kali tiba. Saya lebih sabar, lebih terbuka, lebih peka terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Perjalanan ini bukan hanya memperkaya pengetahuan saya, tetapi juga memperkaya hati saya. Saya belajar bahwa untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kita tidak hanya perlu belajar dari buku atau teori, tetapi juga dari pengalaman hidup—baik yang manis maupun yang pahit.

Saya juga menyadari bahwa setiap pengalaman, sekecil apapun, membawa kita pada perubahan. Dari setiap kesalahan, saya belajar untuk tidak menyalahkan diri sendiri, tetapi untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk berkembang. Dari setiap keberhasilan, saya belajar untuk lebih rendah hati dan berbagi dengan orang lain. Semua ini adalah bagian dari perjalanan panjang untuk menjadi pribadi yang lebih matang, yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang lain.

Perjalanan saya di Bumi Lancang Kuning telah selesai, namun makna dan pelajaran yang saya peroleh akan terus hidup dalam langkah-langkah saya ke depan. Program PMM-4 telah menjadi batu loncatan, sebuah pengalaman yang mengajarkan saya tentang keberagaman, kolaborasi, dan pentingnya proses dalam mencapai tujuan. Saya kembali dengan perspektif yang lebih luas dan dengan keyakinan bahwa setiap perjalanan baik itu penuh tantangan atau keberhasilan adalah bagian dari proses menuju versi terbaik dari diri kita.

Terima kasih, pihak Universitas Lancang Kuning, atas segala pelajaran yang telah diberikan. Terima kasih, teman-teman atas kebersamaan yang luar biasa. Semua ini adalah bagian dari perjalanan panjang yang akan saya kenang dan refleksikan terus dalam perjalanan hidup saya.

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed