Oleh: Yuliyanti
Mahasiswa Universitas Khairun Ternate, Prodi Manajemen
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan ingkat pemerataan yang sebaik mungkin (BPS Kabupaten Solok 2021). Besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu negara salah satunya diukur menggunakan besarnya pertambahan Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dalam lingkup wilayah yang lebih kecil lagi, pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya kenaikan pendapatan baik di tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota akibat peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto/PDRB (Hidayat dan Rahayu, 2019). Peningkatan pembangunan ekonomi tidak terlepas dari peningkatan sektor-sektor pembentuk PDRB. Sektor pertanian memainkan peranan penting pada perekonomian negara berkembang. Beberapa peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah sebagai penyedia sumber pangan, tenaga kerja bagi sektor perekonomian lain, serta sumber capital bagi pertumbuhan ekonomi modern pembangunan dan sumber devisa.
Kabupaten Solok misalnya merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang merupakan penyumbang terbesar keenam dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat, hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai PDRB atas harga konstan pada tahun 2021 seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 10.119.821,81 (dalam juta rupiah), sedangkan sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Solok (Provinsi Sumatera Barat dalam angka 2022). Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Solok pada tahun 2020 dihasilkan oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, yaitu mencapai 34,76 persen (angka ini menurun dari 38,18 persen di tahun 2016). Penurunan ini disebabkan adanya perkembangan dari sektor-sektor lainnya dalam mendukung perekonomian kabupaten Solok, serta banyaknya alih fungsi lahan-lahan pertanian yang dijadikan pemukiman. Serta juga karena kebutuhan akan pupuk bagi petani yang belum terpenuhi pasokannya (BPS Kabupaten Solok, 2021).
Sektor pertanian yang menjadi sektor utama, kadangkala dapat menimbulkan perbedaaan pendapatan di tiap kabupaten/kota. Hal ini disebabkan karena pemerataan hasil pembangunan ekonomi menjadi salah satu strategi dan tujuan pembangunan nasional serta menghindari krisis kompleks yang bisa saja terjadi. Oleh karena itu, dalam prakteknya diperlukan suatu proses pembangunan ekonomi yang dapat dimaksimalkan dan menekan nilai ketimpangan ekonomi yang ada. Salah satunya yaitu dengan cara mengklasfikasikan struktur ekonomi yang ada di setiap kabupaten/kota (Ikhsan dan Ratu, 2020). Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh (Badri, 2015) menganalisis potensi dan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Solok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perkembangan pembangunan ekonomi Kabupaten Solok yang terlihat dari pertumbuhan ekonominya dari tahun 2000 hingga 2009 mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil analisis Typology Klassen, dapat diketahui bahwa Kabupaten Solok tergolong sebagai daerah yang berkembang pesat, hal ini didorong oleh tingkat pertumbuhannya tinggi namun pendapatan perkapitanya rendah dari rata-rata tingkat provinsi.
Penelitian terkait struktur ekonomi dan disparitas wilayah juga dilakukan oleh (Devi, 2018) dengan mengambil fokus penelitian di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu Tipologi Klassen, Indeks William, serta analisis korelasi antara struktur ekonomi dan disparitas wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 kecamatan di Kabupaten Sleman yang termasuk dalam kategori wilayah pertumbuhan cepat, yaitu Kecamatan Sleman, Depok, dan Godean. Dari penelitian juga diperoleh disimpulkan bahwa terdapathubungan kuat antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat disparitas wilayah kecamatan, dengan arah hubungan berlawanan.
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka penelitian ini membahas mengenai struktur ekonomi dan juga mengukur tingkat ketimpangan, namun pada penelitian ini struktur ekonomi dan tingkat ketimpangan yang diteliti adalah perkembangan sektor pertanian dan struktur ekonomi komoditas sektor pertanian yang ada di daerah Kabupaten Solok melalui analisis tipologi Klassen dan indeks Diversitas Entropi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis perkembangan sektor pertanian Kabupaten Solok 2) menganalisis struktur komoditas sektor pertanian di Kabupaten Solok.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Solok pada bulan Mei sampai dengan Juli 2022. Lokasi tersebut sengaja dipilih karena Kabupaten Solok merupakan daerah pertanian, memiliki potensi penyumbang sektor pertanian sebesar 36,33 persen terhadap PDRB Kabupaten Solok tahun 2021.
Indeks Diversitas Entropi (IDE) bisa melihat struktur ekonomi suatu Wilayah sektor-sektor yang dominan pada wilayah tersebut. Indeks diversivas entropy (IDE) diperoleh dengan cara membagi nilai entropy (S) dengan nilai entropy maksimum (Smax), seperti persamaan.
Rata-rata nilai IDE sektor pertanian dari 2016-2020 menunjukkan tingkat yang tidak berkembang dengan nilai IDE < 1 yaitu 0,120817. Penyebab sektor pertanian di Kabupaten Solok tidak berkembang karena luas lahan pertanian yang dijadikan pemukiman masyarakat selama kurun waktu 2016-2020 mengalami peningkatan yang signifikan dari 7153 Ha-7256 Ha. Selain luas lahan, kontribusi yang diberikan terhadap sektor pertanian mengalami penurunan dar 37,10 persen hingga mengalami penurunan 36,60 persen. Sehingga mempengaruhi sektor pertanian tidak berkembang, oleh karena itu pemerintah memberikan kebijakan terhadap sektor pertanian dengan memberi perhatian kemasyarakat, atau penyuluhan yang akan meningkatkan perekonomian Kabupaten Solok.
Kabupaten Solok di Provinsi Sumatera Barat menjadi penyumbang terbesar keenam PDRB provinsi. Sektor pertanian menjadi penyumbang utama, dengan kontribusi 34,76% pada tahun 2020. Namun, kontribusi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016 (38,18%), disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan keterbatasan pasokan pupuk. Pertumbuhan sektor pertanian yang tidak merata antar wilayah mendorong pentingnya klasifikasi struktur ekonomi kabupaten/kota, guna menekan ketimpangan ekonomi dan memaksimalkan pembangunan.