Oleh : Adam Rumbory
Di era digital saat ini, informasi menyebar dengan cepat dan sangat luar biasa. Tetapi amat disayangnya kan tidak semua informasi yang beredar dengan kecepatan yang sangat lauar biasa itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hoaks dan berita bohong telah menjadi ancaman serius dalam kehidupan sosial, politik, hingga kesehatan publik. Dalam konteks ini, etika komunikasi menjadi peran utama yang benar-benar harus dipegang teguh oleh para komunikator publik.
Etika komunikasi bukan sekadar tentang menyampaikan pesan dengan sopan atau menjaga kesantunan. Tetapi etika komunikasi juga menyangkut tanggung jawab moral untuk menyampaikan informasi yang akurat, jujur, dan bermanfaat bagi publik. Komunikator publik mau itu jurnalis, pejabat pemerintah, influencer media sosial, hingga tokoh masyarakat mereka harus benar-benar memegang peran strategis dalam membentuk opini dan perilaku publik. Ketika mereka lalai dalam menyaring informasi, dampaknya bisa sangat merugikan, bahkan berbahaya di kalangan publik.
Di tengah banyaknya informasi yang tidak terverifikasi, tanggung jawab komunikator publik menjadi semakin besar. Mereka tidak hanya menjadi penyampai pesan tetapi mereka juga harus menjadi penjaga gerbang informasi kebenaran. Ini berarti belum sepenuhnya melakukan verifikasi fakta sebelum menyebarkan informasi, menghindari gempuran media, dan bersikap secara transparan terhadap sumber informasi.
Selain itu juga, komunikator publik juga harus mampu membangun literasi media di tengah kalangan masyarakat. Mereka dapat menjadi agen edukasi, membantu publik memahami perbedaan antara fakta dan opini, informasi dan propaganda. Dengan begitu, masyarakat tidak akan menjadi korban yang dapat dengan mudah mengikuti arus informasi yang menyesatkan, tetapi mereka akan menjadi konsumen informasi yang sangat kritis dan cerdas.
Di era hoaks, diam juga bisa menjadi bentuk pelanggaran etika karena membiarkan kesesatan informasi berkembang tanpa koreksi adalah bentuk kelalaian moral. Oleh karena itu, keberanian untuk mengoreksi informasi palsu dan meluruskan narasi yang salah merupakan bagian penting dari etika komunikasi yang bertanggung jawab.
Kesimpulannya, etika komunikasi merupakan garis pertahanan terakhir melawan gelombang disinformasi. Setiap Komunikator publik perlu menyadari bahwa setiap kata yang mereka sampaikan bisa berdampak luas. Dengan menjunjung tinggi integritas dan tanggung jawab atas informasi yang di sampaikan, mereka dapat menjadi penuntun yang menjaga masyarakat tetap terarah pada fakta di tengah kabur arus informasi yang menyesatkan.
Opini ini ditulis oleh Adam Rumbory, Ia adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNIMUDA Sorong.









