Diguyup Ketakutan Paska Pemilu

Opini376 Dilihat

Ada sesuatu yang menyimpang paska pemilu, tidak kunjung usai kegelisahan, ketakutan serta kekhawatiran. ketika di setiap beranda sosial media atau platform media di banjiri dengan kemenangan Prabowo Subianto dan Gibran Raka Buming Raka,

sebagai capres serta cawapres pada pemilu 2024. Tidak lain ini menjadi catatan penting penulis memberikan gambaran berdasarkan pengkajian serta pengamatan penulis.

Penulis menilai bahwa ketakutan serta kegelisahan itu lahir berdasarkan ada sesuatu yang membekas, dalam catatan sejarah serta peristiwa kelam yang menggambarkan sebuah perilaku bobrok bagi manusia yang satu ke manusia yang lain,

hal serupa tentu tak terlepas dari apa yang pernah di praktekan oleh Prabowo Subianto sebagai seorang TNI pada waktu itu, 1998 menjadi bukti dimana watak Prabowo,

dapat dinilai sebagai dasar dari melanggar esensi kemanusiaan, melanggar basis Hak Asasi Manusia, yang kita tau secara bersama itu diatur dalam konstitusi Negara.

Kejahatan brutal, upaya mengperhangus asas demokrasi serta kestabilan ekonomi, politik kerakyatan kita dimasa Orba hendak menjadi cerminan untuk hari ini ketika Prabowo naik ke tahta kursi kepresidenan di indonesia.

Tindakan ketidak-adilan yang di lakukan klompok Mliterisme pada masa Soeharto hingga sampai tumbang di tahun 1998, itu menyimpang bekas luka sejarah yang tak bisa di lupakan,

penculikan aktivis, genosida, kasus tanjung priuk kasus semangi 1, sampai semangi dua dan seterusnya justru menjadi hikayat bagi masyarakat indonesia saat ini. Bahwa atas ulah Prabowo dan rezim Orde baru sungguh busuk dan pecik,

ini bukan lagi hal baru yang di wacanakan oleh kalangan luas terutama akademisi, mahasiswa, masyarakat pada umumnya yang sadar akan hal demikian. Tak sekedar argumentasi kosong melainkan hal serupa dapat di buktikan melalui berbagai catatan.

Hendak dilansir dari (bbc.com), “yang paling utama adalah bahwa prabowo mengomandani satuan yang menculik serta menyiksa beberapa pejuang demokrasi menjelang masa akhir rezim Orba pada akhir 1990-an, dari 23 orang, beberapa selamat, satu meningal dunia lainya sampai sekarang masih hilang”. (Baca : bbc.com).

Bayangan ketakutan dan hancurnya demokrasi. Seperti serupa, di paparkan di atas sebagai tujuan menganalisis apa yang akan terjadi berdasarkan tinjauan demikian.

Kekhawatiran dan kecemasan kita sekalian akan dapat di ukur berdasarkan situasi demokrasi, sejak awal dari periode ke periode sistem demokrasi kita hanyalah ilusi dan praktiknya tidak di muarahkan untuk masyarakat indonesia.

Di masa jokowi tahun 2019 sampai 2023 demokrasi kita semakin memburuk, protes mahasiswa, kritik Rakyat terhadap kekuasan Jokowi,

hendak di intimidasi serta di bungkam ruang demokrasinya. Pada dasarnya demokrasi kita adalah alibi kekuasaan yang berlindung di balik dalil-dalil keadilan dan kesejahtaraan.

Kini kita kembali dihantui ketakutan ketika indonesia di kejutkan dengan nahkoda baru nahkoda yang berasal dari kalangan melitersme, Prabowo Subianto, namanya,

wal-hasil bayangan ketakutan itu menghantui kita, kita telah menuju babak baru era dimana akan semakin masifnya praktek Neo-liberalisme ekonomi, politik bernuansa kekuasan, dalam beking kapitalis global.

Suda menjadi barang pasti, sistem politik kita dan asas demokrasi kita akan berporos pada jejaring kekuasaan yang membunuh nilai kedaulatan, kesejahteraan.

Apa bila selamanya kekuasan kita tidak peka terhadap demokrasi yang baik maka efek kehancuran semakin terlihat,

setelah melewati dua dasawarsa abad ke-21 sedang terjadi perdebatan yang tidak kalah seruh tentang kemunduran demokrasi, sekarang Indonesia masuk pula dalam perbincangan itu.

Bunuh diri demokrasi, “pelajaran utama yang bisa di simak dari pengalaman global tentang demokrasi adalah bahwa demokrasi—jika tidak terjaga dengan baik—bisa melakukan bunuh diri,

setidaknya dia dapat melukai diri dengan parah, ini terjadi ketika kita semua memilih pemimpin yang mewakili kepentingan khusus,

anti demokrasi, jadi proses demokratisasi dapat membunuh atau mencederai demokratisasi itu sendiri”. (Di lingsir dari kompas.id__Demokrasi bisa bunuh diri, pelajaran dari pemilu dunia. Baca : Kompas.id).

Ini bayangan bagi kita apa bila demokrasi kita tidak di jaga, tidak di stabilkan maka menimbulkan kehancuran serta ketidak keselarasan untuk menyelamatkan Rakyat Indonesia,

kami hanya mengkhawatirkan sebuah sistem demokrasi yang nantinya tidak demokratis, dan berporos pada kepentingan sekelompok orang.

Ketakutan Rakyat menjadi hal paling substansial untuk di benahi dengan baik serta perbaiki. Jalan panjang Negara ini tumbuh ketika rakyatnya tidak di hujanni ketakutan kegelisahan, dan apa bila itu terjadi maka, pasti menimbulkan kekacawan yang brutal.

Rakyat merindukan demokrasi kerakyatan, demokrasi yang baik dan benar, serta tidak hanya alibi bagi kekuasaan untuk penjilat, kerakyatan,

berdaulat atas nama Negara dan tidak pada seknario Kapitalis Global, kerakyatan, terlepas dari benih-benih pembodohan dan kejahatan Negara.

Penulis : Ajim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *