Dalam sejarah pertemuan antara Islam dan Filsafat terjadi pada abad ke 8 Masehi atau 2 Hijriah pada saat Islam mengembangkan sayapnya dan menjangkau daerah-daerah baru. Dalam abad pertengahan filsafat dikuasai oleh umat Islam. Buku-buku filsafat Yunani diseleksi dan di verifikasi serta diterjemahkan dalam bahasa Arab. Minat dan gairah mempelajari Filsafat serta ilmu pengetahuan waktu itu begitu tinggi karena pemerintahan yang telah mensponsori dan menjadi Pioneer utamanya. Dua Imperium besar masa itu yakni Abbasiyah dengan ibukota Baghdad di timur dan Bani Umayyah ibukota Cordova, di barat atau Spanyol sekarang, menjadi pusat peradaban dunia yang menghasilkan banyak orang berkutat di wilayah kefilsafatan. Proses Sejarah masa lalu, tidak dapat terjadi secara spontanitas serta pasif begitu saja, melainkan bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani dengan basis dialek-tik. Tak jarang Para filosof Islam banyak mengambil pemikiran Aristoteles dan mereka pun tertarik dengan pikiran-pikiran platinus, sehingga teori-teori filosuf Yunani hendak direkonstruksi kan dengan ciri-khas pemikirannya masing-masing oleh filosof Islam.
Selain itu juga, pemikiran-pemikiran filsafat Yunani masuk dalam pemikiran Islam, diakui banyak kalangan yang telah mendorong perkembangan filsafat Islam menjadi makin pesat. Meskipun begitu, menurut “Oliver Leaman seorang orientalis asal universitas Kentucky USA, adalah suatu kesalahan besar dengan garis datar jika menganggap bahwa filsafat Islam berawal dari proses penerjemahan teks-teks Yunani atau nukilan dari filsafat Aristoteles 384-322 SM, seperti di tuduhkan oleh Ernest Renan atau dari Neo- Platonisme seperti yang disampaikan oleh Pierre Duhem 1861-1916 Beberapa hal yang harus di perhatikan yakni pertama adalah belajar atau berguru tidak berarti hanya meniru atau mengikuti semata, harusnya dipahami bahwa suatu ide dapat dibahas oleh banyak orang dan akan tampil dalam berbagai fenomena”. Seseorang berhak mengambil sebagian gagasan orang lain dengan tidak bermaksud plagiator dan menghindari teori filsafat-nya sendiri.
Aristoteles 384-322 SM Jelas muridnya Plato 427-348 SM. Akan tetapi ia mempunyai pandangannya sendiri yang tidak dikatakan gurunya, begitu juga Baruch Spinoza 1632-1777 M walaupun secara otentik sebagai pengikut Rene Descartes 1596-1650 M. Tetapi ia dianggap mempunyai pandangan filosofis yang berdiri sendiri, hal seperti ini lah yang terjadi pada filsuf muslim Al Farabi 870-950 M dan Ibnu Rusyd 1126-1198 M. Walau banyak di ilhami oleh pemikiran filsafat Yunani, tetapi tidak menghalanginya untuk mempunyai pandangan tersendiri yang tidak sama dengan filsafat Yunani. Kedua, bahwa ide atau gagasan seperti dinyatakan Karl A Steenbrink, “Adalah ekspresi dan hasil dari proses komunikasi sang tokoh dengan kondisi sosial dan lingkungannya”, artinya sebuah ide atau gagasan tidak bisa terlepas dari akar sosial dan tradisi keberadaan seseorang untuk melahirkan ide atau pemikiran tersebut.
Pemikiran filsafat Yunani dan Islam lahir dari keyakinan budaya dan kondisi sosial yang berbeda, karena itu menyamakan dua buah pemikiran tersebut lahir dari budaya yang berlainan serta pada konsep dasarnya atau muarah analisisnya pun berbeda secara konstruk sosial, ekonomi, dan politik. Akan muncul paradigma kerancuan ketika dipersamakan kendisinya, secara konsep tentu tidak tepat, sehingga penjelasan karya-karya Filsafat islam secara terpisah dari faktor-faktor dan kondisi kultural nya. Juga akan menjadi suatu diskripsi yang tidak lengkap.
Pemikiran filsafat Islam pasca penerjemahan buku-buku karya Yunani pertama diperkenalkan oleh Al Kindi. Al Kindi sebagai peletak dasar filsafat Islam pertama, ia orang yang pertama merumuskan secara sistematis apa itu filsafat Islam, pemikiran Al Kindi sebenarnya masih dekat dengan teologi Islam atau ilmu kalam yang sudah berkembang dalam dunia pemikiran Islam, Al Kindi dikenal sebagai seorang yang menganut paham teologi Mutazilah sebuah aliran dalam rasionalisme Islam, digagas oleh Washil Ibnu atha. Karena posisinya sebagai peletak dasar filsafat Islam serta minatnya pada teologi, Al Kindi merasa perlunya menulis sebuah buku filsafat pertama atau Al Falasafah Al-Ula. Sebagai pembahasan tentang posisi mungkin juga keabsahan filsafat dalam keseluruhan pemikiran Islam, dalam buku ini, Al Kindi menunjukkan bahwa filsafat pertama atau metafisika sesungguhnya sama dengan teologi yakni tentang Tuhan. disini kita akan dapat lihat bahwa ciri-khas dari filusf islam mapun yunani memiliki konsep yang berbeda bahwasanya Konsep filsafat yang lahir dari ide-ide serta gagasan-gagasan Yunani berbeda dengan pahaman filsafat islam. Misalnya Al kindi sendiri menjelaskan bahwa filsafat punya hubungan erat dengan tologi, sebentar di Yunani akarnya lebih ke metralistik.
Ide-ide filsafat Al Kindi misalnya filsafat dan agama tidak ada pertentangan, cabang ter-muliah dari filsafat adalah ilmu Tauhid atau teologi, filsafat membahas kebenaran atau hakekat, kalau ada hakekat-hakekat meski harus ada hakekat pertama-tama yaitu Tuhan. Ia menyebutkan bahwa Tuhan adalah penyebab pertama dari segala yang ada dengan sebutan Causa prima, dari Thomas Aquinas tentang Tuhan yang di ekspresikan lewat filsafat Aristoteles dengan teori Animasi atau pancaran. Al Kindi juga membalas mengenai filsafat jiwa dan akal.
Filosuf kedua dalam IsIam adalah Al Farabi 872-950 M, ia dijuluki sebagai Aristoteleisme kedua dalam dunia muslim, tak salah kalau katakan bahwa predikat itu ada pada Al Farabi, karena filsafat Yunani mulai berkembang pada masa Al Farabi. ia banyak menulis buku-buku tentang logika, etika dan ilmu jiwa dan menulis buku tentang persamaan Plato dan Aristoteles, sebagai wujud dari keyakinan beliau bahwa filsafat Aristoteles dan Plato dapat di satukan, filsafat yang terkenal adalah emanasi atau wahdatul wujud ” Kesatuan wujud ” Seperti halnya Ibnu Sina 980-1037 M, Bapak filosuf kedokteran pertama dalam dunia muslim sebagai filsuf kedokteran dan Peripatetik muslim dari Aristotelian dan platonisme. Filsafat Al Farabi tentang metafisika Al Farabi mengunakan pemikiran Aristoteles dan Neo platonisme yakni Al maujud al awwal sebagai penyebab pertama bagi segala yang ada, konsep ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam dalam pembuktian adanya Tuhan. Tentang politik Al Farabi pemikiran Al Farabi yang begitu penting adalah politik ia menulis sebuah karyanya Al Siyasah Al Madaniyyah” Pemerintahan Politik” Banyak dipengaruhi konsep Plato yang menyamakan Negara dengan tubuh manusia dan yang terakhir tentang keutamaan moral. Ini pun menunjukan beberapa kentes pimikiran filsafat yang diukur secara logis hanya pada pemaknaan bahwa jalur pemikiran para filsuf-filsuf islam maupun yunani tentu ditandai dengan gagasan yang berbeda.
Filsafat Ibnu Maskawaih 330 H/941 M- 421 H/1030 M. Ibnu miskawaih seorang penganut Syiah, pengabdian kepada Sultan sangat luar biasa dalam pemerintahan Bani Buwahi 320 H-448 H, ketika Sultan Ahmad Ad daulah memegang tampuk pemerintahan ia Miskawaih menduduki jabatan yang penting diangkat menjadi khazin penjaga perpustakaan besar dan bendahara negara. Miskawaih tidak hanya dikenal sebagai seorang filsuf muslim tapi ia seorang penulis produktif (angapan) : Dalam buku The History of the muslim Philosophy, karya nya sekitar 18 buah karya. Filsafat ketuhanan miskawaih , Tuhan adalah Dzat yang tidak berjizim, azali dan pencipta. Tuhan adalah Esa dalam segala aspek. Teori emanasi miskawaih sebagaimana Al Farabi bahwa Allah menciptakan alam secara pancaran, namun berbeda dengan miskawaih tentang emanasi yaitu Alloh menciptakan alam dari ketiadaan menjadi ada. Filsafat kenabian miskawaih seperti juga Al Farabi, miskawaih menginterpretasikan kenabian secara ilmiah, menurutnya nabi adalah seorang muslim yang memperoleh hakikat hakikat atau kebenaran karena pengaruh akal aktivitas daya imajinasinya. Filsafat jiwa miskawaih menurutnya, “jiwa adalah jauhar rohani yang tidak hancur sebab kematian jasadnya, ia kekal dan menyatu dengan kesatuan yang tidak terbagi, ia akan hidup selalu”.
Filsafat Al Ghazali 450- 505 H/ 1058- 1111 M. Sang Hujatul Islam Argumentator IsIam” Melalui karya monumental Al Ghazali telah menelanjangi kerancuan dari pemikiran para filsuf, demi memuluskan ambisinya Al Ghazali masuk dalam gelanggang filsafat dan langsung menyerang alih-alih mempertahankan keyakinan sendiri, cengkraman kutukan Al Ghazali terhadap filsafat lewat karya Tahafut al falasafah ( kerancuan filsafat) telah menghancurkan tembok/gerbang filsafat meskipun demikian karya karya itu dibantahkan oleh Ibnu Rusyd seorang filsuf muslim dari Islam bagian barat dengan Thafut at Thafut telah menjadi sebuah diskursus filsafat di dunia Islam, Al Ghazali sebenarnya tidak menyerang inti filsafat yakni pada aspek epistemologi tapi soal metafisika Al Farabi dan Ibnu Sina meskipun serangannya pada kedua tokoh ini itu tidaklah tepat , Ibnu Sina adalah daftar orang yang dianggap masuk dalam kekufuran menurutnya yakni keqadiman alam, kebangkitan rohani, dan ketidaktahuan Tuhan terhadapnya. Al Ghazali juga menyerang para filsuf Yunani kuno seperti Tahles 625- 545 SM, Anaximandros 611- 547 SM, Anaximenes 570- 500 SM, dan Herakleitos 540- 480 SM adalah sebuah serangan yang menurut saya juga tidak tepat, karena pemikiran mereka dengan mudah dinilai posisinya dengan akidah orang awam. Al Ghazali hanya menyerang pada aspek metafisika yang merupakan produk dan bukan pada ilmu logika atau epistemologi. Sebab Al Ghazali juga menganjurkan untuk belajar ilmu logika atau mantiq, dengan menyatakan ” Orang yang tidak belajar ilmu logika atau mantiq maka ilmunya tidak dapat dipercaya atau diragukan “.
Ada anggapan yang menyatakan bahwa filsafat IsIam telah mati atau mengalami kemandekan setelah Ibnu Rusyd dan serangan Al Ghazali terhadap filsafat lewat karyanya Tahafut al falasafah “atau tenggelamnya perpustakaan besar di Baghdad lewat pasukan Mongol dan tar tar, tapi tuduhan atau anggapan itu tidaklah tepat buktinya filsafat IsIam tetap berkembang dengan pesat lewat filsafat hikmahnya Mullah sadrah dan Suhrawardi, sifat-sifat sintetik pemikiran shadra ini di inkorporasi Al quran/Hadits telah menjadi filsafatnya dan ini tidak hanya sebagai bukti masa hidup dan dinamis nya filsafat Islam, menurut Murthada Muthahari Filsafat lebih dari sekedar alat polemik atau disiplin intelektual, ia merupakan suatu polah tertentu religiusitas, suatu jalan untuk memahami dan merumuskan Islam. Filsafat bermula dari Natsir al din Thusi salah satu hero pribadi Muthahari untuk menyatakan pandangan Islam bersifat filosofis pada semua wilayah masalah keagamaan. Tetapi memandang peralihan ilmu pengetahuan dan pemahaman sebagai tujuan dan manfaat utama, agama dan karena alasan itu dia memberikan keutamaan tertentu kepada filsafat disiplin yang dikaji di lembah keagamaan. Filsafat sebagai cermin pengacauan Helenis kedalam dunia Islam serta mereka yang semangat revolusionernya.
Terakhir mengutip sebuah untaian dari sang tokoh revolusioner dan ideolog iran (Ali Sariayati) “Kemiskinan sejati bukan semalam tanpa makan tapi sehari tanpa berpikir”.(*)
Oleh : Ajim Umar
Sekertaris Jendral Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-indonesia (IKHIMSI)