Penulis : Kakang Eluzc
Posttimur.com–Relevansi Tasawuf atau dalam bahasa Shadra Mistisisme dengan problematika manusia modern disebabkan Tasawuf memberikan kesejukan batin dan kedisiplinan rohani, ia juga disebut sebagai memperbaharui tingkah laku melalui pendekatan kepada Tuhan lewat mistisisme sebagai memuaskan dahaga intelektual. Tasawuf adalah kebudayaan Islam, karena itu budaya setempat bisa memberikan corak Tasawuf hingga ia dikenal sebagai ajaran tarekat, Tasawuf itu artinya mematikan nafsu diri untuk menjadi diri yang sejati.
Dalam konteks modern manusia tidak hanya mengalami krisis kultural tapi juga sedang dikepung krisis spiritual, kerumunan pemujaan tubuh dan berlomba lomba dalam mendapatkan kapital, bertarung dalam merebut kekuasaan menjadi bagian dari sederet corak manusia modern. Hal ini membenamkan kecemasan eksistensi manusia-manusia sebagai makhluk yang berpikir atau dalam bahasa al Ghazali Hayawanun natiq” Kondisi semacam ini telah menyeret manusia lupa akan keberadaannya, mereka nyaris tertutup pada dasar-dasar kenyataan dari kehidupan sehari-hari dan cenderung menjadi kerumunan semata.
Krisis peradaban manusia modern dari penolakan negasi terhadap hakikat ruh dan penyingkiran secara gradual dalam kehidupan umat manusia. Dari latar belakang diatas, “Saya Pribadi” ingin memadukan antara Al Ghazali dan Nietzsche dua tokoh yang sangat kontroversial dalam hal Filsafat dan Mistisisme, tapi di antara kedua tokoh tersebut memiliki latar belakang dan sudut pandang yang berbeda mengenai Filsafat dan mistisisme, Al Ghazali yang disebut sebagai Hujjatul Islam yakni Argumentator Islam, yang kontribusinya telah diakui dunia Barat dan timur, kenapa tidak kontroversial Al Ghazali bermula dari kritiknya yang cukup menohok kepada para filsuf yang berimplikasi secara signifikan terhadap bangunan peradaban Islam, melalui karya monumental dari Al Ghazali telah menelanjangi kerancuan dari para filsuf Tahafut Al Falasifah, kutukan Al-Ghazali terhadap kedalam gelanggang Filsafat dan langsung menyerang, ahli-ahli mempertahankan keyakinan sendiri.
Sementara Nietzsche adalah seorang filsuf, penulis esai dan kritikus budaya asal Jerman. Tulisannya tentang kebenaran, moralitas, bahasa, estetika, teori budaya, sejarah, nihilisme, kekuasaan, kesadaran, dan makna keberadaan telah memberikan pengaruh yang sangat besar pada filsafat dan sejarah intelektual Barat. Nietzsche berbicara tentang “kematian Tuhan dan meramalkan pembubaran agama dan metafisika tradisional. Beberapa penafsir Nietzsche percaya bahwa ia menganut nihilisme, menolak penalaran filosofis, dan mempromosikan eksplorasi sastra tentang kondisi manusia, sementara tidak peduli dengan mendapatkan kebenaran dan pengetahuan dalam pengertian tradisional dari istilah-istilah tersebut.
Al-Ghazali dan Nietzsche Sufi satu dari dunia muslim dan Nietzsche dianggap sebagai sufinya kaum atheis dalam pengembaraannya. Sebab pemikirannya yang mendobrak filsafat dan agama membuat buah pikirnya dikaji ulang hingga kini. Menurut analogi para pemerhati sastra, mirip dengan pengalaman Al Ghazali dalam pengembaraannya menemukan jati diri dalam tasawuf.
Imam Al Ghazali berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan terus-menerus mensucikan dirinya serta menyebut asmanya. Ihya ‘Ulumuddin, salah satu dari puluhan karya tulisanya bisa mewakili corak tasawuf Al Gahzali sebelumnya, beliau menulis buku pergulatan tasawuf dan perdebatannya seperti Tahafutul falasifah, kerusakan filsafat. Beliau menghabiskan dan mengasingkan diri, dari kehidupan mewah nya sebagai ilmuwan lalu mengasingkan diri hingga wafatnya. Dalam satu kesempatan beliau menulis,ada seekor lalat yang ingin meminum tinta,namun sang imam membiarkannya. Kemudian oleh muridnya menulis bahwa sang Imam masuk surga karena nilai ikhlas sang Imam saat membiarkan lalat meminum tintanya.
Hal yang hampir sama pada Nietsche dalam kehidupannya adalah beliau penyendiri, suka mengasingkan diri, filsafat yang dimiliki Nietzsche merupakan filsafat cara memandang ‘kebenaran’. Nietzsche juga dikenal sebagai “sang pembunuh Tuhan” (dalam Also sprach Zarathustra). Kalau Al Ghazali mengkritisi konsep filsafat yang ada, maka bagi Nietzsche, mengkritik serta memprovokasi kebudayaan Barat di zaman-nya, atas pengaruh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan. Apa yang dikritiknya adalah paradigma kehidupan setelah kematian.
Walaupun demikian dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk menaklukan nihilisme dengan mencintai utuh kehidupan dan memposisikan manusia sebagai manusia purna Übermensch dengan kehendak untuk berkuasa menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk mentransformasikan tragedi hidup. Hal yang sama dimiliki sebagian besar sufi, adalah suka seni, baik musik dan lainnya.
Aku ngeri akan kedalaman malam sang dosa dan enggan ku berpaling, tak sanggup abaikan mu, di dalam seram ngeri, dengan pilu aku menatap-mu, harus merengkuh mu (kutipan puisi Nietzsche, Engkau Memanggil, Tuhan, kuhampiri) dan kesunyian adalah rumahku. Nietzsche adalah orang yang serba resah dan gelisah dia tidak pernah nyaman dengan dirinya sendiri, sebelum melantunkan ujaran nya yang terkenal Tuhan telah mati, dia terlebih dahulu berteriak keras bahwa manusia telah mati dia merasa kecewa dan marah terhadap dirinya sendiri, kepada lingkungan dan orang yang disekitarnya. Dia mulai mengawali karier Filsafatnya sebagai pemarah dan pemberontak. Oleh sebab itu filsafatnya dicirikan pemberontak bagi segala sesuatu yang mapan, termasuk manusia itu sendiri.
Memang agak terlalu rumit dalam memahami Filsafat dan kehidupan Nietzsche, oleh sebab itu seorang Nietzsche tidak mudah untuk dipahami sebagai Aforisme demikian Filsafat Nietzsche, kelam dan menghentak, dia menempatkan manusia sebagai musuh Tuhan dan secara total berseberangan dengannya. Padahal dalam pandangan filsuf muslim seperti Al Farabi dan Al-Ghazali manusia diletakkan dalam susunan keberadaan yang sama dengan Tuhan, sementara Nietzsche manusia dengan Tuhan saling diadukan dan inilah ciri khas Filsafat Barat modern yang lahir dan berkembang pesat lewat Filsafat muslim sampai saat ini.
Sebelum menutup tulisan ini, hendak meminjam apa yang diucapkan oleh Nietzsche “bahwa ada terdapat lebih banyak kebijaksanaan dibalik tubuhmu daripada dibalik filosofi terdalammu”.
(17 Desember 2024)