Oleh: Rujia Husen
Mahasiswa Universitas Khairun Ternate, Prodi Manajemen
Provinsi Maluku Utara, yang dahulu dikenal sebagai bagian dari Kepulauan Rempah, hingga kini masih mempertahankan sektor pertanian sebagai salah satu fondasi utama perekonomiannya. Meski kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami pergeseran akibat pertumbuhan sektor pertambangan dan industri pengolahan, pertanian tetap menjadi penggerak utama ekonomi rakyat, khususnya di wilayah-wilayah pedesaan.
Komoditas Unggulan
Beberapa komoditas pertanian andalan Maluku Utara antara lain pala dan cengkeh—dua hasil bumi yang sejak berabad-abad lalu menjadi primadona di pasar dunia. Selain itu, produk seperti kelapa, kopra, serta hasil hortikultura seperti durian, mangga, dan pisang turut memperkaya keragaman hasil pertanian daerah ini.
Untuk tanaman pangan, padi, jagung, dan umbi-umbian masih dibudidayakan, terutama di kawasan yang memiliki lahan subur dan sistem irigasi yang memadai. Walaupun luas lahan pertanian pangan di Maluku Utara tidak sebesar di daerah lain di Indonesia, usaha untuk menjaga ketahanan pangan lokal tetap menjadi prioritas pemerintah daerah.
Tantangan yang Dihadapi
Sektor pertanian Maluku Utara dihadapkan pada sejumlah tantangan serius, di antaranya:
Keterbatasan infrastruktur pertanian, seperti jalan produksi, gudang penyimpanan, dan fasilitas pengolahan hasil tani.
Produktivitas lahan yang masih rendah akibat penggunaan teknologi pertanian yang belum optimal.
Dampak perubahan iklim yang mengganggu pola tanam, bahkan menyebabkan gagal panen di beberapa wilayah.
Keterbatasan akses pasar dan rendahnya nilai tambah produk pertanian.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tanpa intervensi nyata dan berkelanjutan, potensi besar pertanian Maluku Utara bisa terhambat perkembangannya.