Kemenko, Kemenkeu Aktor Utopis Ekonomi Nasional

Opini436 Dilihat

Foto : Sudirman Hasyim

Oleh : Sudirman Hasyim

(Direktur Eksekutif BAKORNAS LEMI PB HMI)

Secara bersama sebagian besar rakyat indonesia sudah mengetahui bahwa indonesia selama dua tahun terkahir ini mulai 2019 sampai 2021 berada pada resesi ekonomi yang fantasi, oleh karena pertumbuhan ekonomi indonesia cenderung selalu fluktuatif. Kemiskinan, pengangguran dan juga ketimpangan ekonomi seakan menjadi masalah bangsa yang tidak pernah habis difokuskan selama pergantian rezim. Baru-baru ini statistik pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai terbaca buruk pada Growth Economicnya.

Indonesia kembali mendapatkan sedikit situasi ekonomi tidak menyenangkan menjelang berakhirnya tahun 2021, kabar ekonomi yang sekarat ini akibat dari penyakit global yang sama yakni covid-19 dengan varian baru bernama delta, hal ini memang pernah diperkirakan oleh kepala negara Presiden Republik Indonesia Jokowidodo di acara sarasehan 100 ekonom bahwa pertumbuhan ekonomi di Kuartal III nanti pasti akan lebih sedikit rendah daripada kuartal II, proyeksi ini muncul karena Indonesia mengalami lonjakan kasus Covid-19 dengan menyebarnya varian delta (Baca; CNN Indonesia). Bersamaan pada kuartal ke III disejumlah negara mengalami mitra dagang yang tercatat positif misalnya China tumbuh 4,9 persen, Amerika Serikat tumbuh 4,9 persen, Singapura tumbuh 6,5 persen, korea selatan tumbuh 4 persen.

Geliat pemerintah dalam merumuskan kebijakan pada konteks ekonomi dan kesehatan terbilang cukup sigap namun belum sepenuhnya maksimal, walaupun beberapa bulan kemarin negara Indonesia berada diatas angin ibarat sudah masuk pada zona nyaman pertumbuhan ekonominya dimasa pandemi yang dikalkulasikan periodenya oleh sebagian pengamat ekonom bahwa selama 16 tahun indonesia baru pertama mencapai rekor angka pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 7,07% (yoy) pada triwulann II-2021. Tercatat sejak 2020 kuartal pertama pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pelemahan sebesar 2,97 persen, kemudian pada kurtal kedua 2020 mengalami kemunduran sebesar -5,32 persen. Selanjutnya hingga sampai pada kuartal II tahun 2021 terbilang ada perubahan positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan menjadi kebanggaan bagi sebagian kementerian kita karena Growth Economic tumbuh 7 persen. Kebanggaan itu tidak berlaku secara universal oleh karena ada sebagian yang meragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa tidak sesuai dengan realitas sosial yang terjadi. 

Namun zona nyaman itu tidak mampu dipertahankan oleh pemerintah Indonesia agar pertumbuhan ekonomi tetap stabil pada kuartal ke III, informasi ini mampu terbaca dengan adanya rilis dari BPS mencatat ekonomi Republik Indonesia tumbuh 3,51 persen, dengan pertumbuhan ekonomi yang menurun drastis seperti ini mencerminkan kalau ada sejumlah masalah yang harus diselesaikan, termasuk kinerja dari lembaga terkait sebagai aktor ekonomi dalam kebijakan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi di massa pandemi Covid-19 ini.

Salah Prediksi bisa menyebabkan Negara resesi

Prediksi mengenai ekonomi adalah mengikhtiarkan keselamatan rakyat secara totalitas, ada sedikit pribahasa ekonom yang berkembang “Jika dokter salah menangani pasien maka hanya mengancam satu nyawa, namun jika satu ekonom salah menangani masalah ekonomi maka dapat mengancam sebagian besar nyawa rakyat”. Pribahasa ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh jacob Viner menyebut ilmu ekonomi ialah apa yang dilakukan oleh para ekonom. Rendahnya presentasi pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari kinerja aktor ekonom untuk menciptakan stabilitas ekonomi negara. Belakangan ketika mendekati masuk pada kuartal ke III sejumlah menteri mulai mengeluarkan prediksi ekonomi, prediksi-prediksi yang berdasarkan pada pengalaman statistik sebelumnya yang tumbuh begitu tinggi hingga memunculkan optimisme dalam prediksi mereka.

Mirisnya prediksi sejumlah menteri yang menjadi aktor ekonomi negara dalam penanganan covid-19 banyak yang tidak sesuai dengan fakta pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Padahal jika diamati secara teliti berdasarkan anggaran pemulihan ekonomi nasional pada tahun 2021 sebesar Rp.326,74 triliun harusnya mampu menstimulus konsumsi publik, dan investasi sehingga berefek pada capaian pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan. Apa daya jika prediksi itu tercipta ketidaksesuaian antara ucapan dan fakta yang ada, fakta ini mampu dilihat dari ucapan prediksi Kementerian Keuangan Ibu Srimulyani sebagaimana memprediksi bahwa “Memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,3 persen pada kuartal III 2021, ini disampaikan saat konferensi pers APBN kita edisi Oktober”.

Disisi lain ini juga menunjukan kinerja kementerian perekonomian yang bisa diasumsikan tidak maksimal dalam menjaga keadaan ekonomi nasional pada angka pertumbuhan ekonomi yang sehat, alih-alih kementerian perekonomian Erlangga hartarto memperkirakan ekonomi ditahun 2021 pada kuartal ke III akan meningkat sampai pada angka 5 hingga 7 persen itu ternyata narasi yang tidak berdasar bisa dikatakan bahwa utopis dan hanya menyenangkan pendengaran publik. Pada kesempatan lain terlihat ketidakkonsistennya kementerian ekonomi indonesia yang begitu cepat mengubah prediksinya yang katanya pertumbuhan ekonomi akan tumbuh pada kisaran 3,9 sampai 4,5 persen. Dengan pernyataan yang berubah ini menggambarkan bahwa ada skenario dan kesengajaan dalam mengabaikan pertumbuhan ekonomi kita lemah. Bahkan prediksi aktor ini meyakinkan publik bahwa negara tetap masih akan berada dalam resesi berkepanjangan.

Olehnya itu sejauh ini program vaksinasi dengan dalil akan mampu menjaga keseimbangan ekonomi kita pada sisi konsumsi, dan penyerapan tenaga kerja akibat dari aksesibilitas industri yang normal itu tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Maka asumsi ekonominya bahwa kedua kementerian ini menghadirkan aktor utopis ekonomi dikanca nasional, sehingga patut menaruh kecurigaan dan keraguan akan itikad baik pemerintah kita dengan vaksinasi yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional hari ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *