Selama seni permainan sepak bola profesional itu di hegemoni oleh penguasa yang jahat, maka selamanya permainan sepak bola merupakan ladang akumulasi kapital bagi Penguasa yang jahat. Kata Marx “bahwa akumulasi kekayaan di satu kutub, pada saat yang sama merupakan akumulasi kehancuran dan degradasi pada kutub yang berlawanan”. (Mengapa kita tidak mengkritisi, sebagai penggemar sepak bola yang anti rasialisme serta anti hegemoni kapitalisme).
Dari fakta yang terjadi di balik layar. Banyak buruh tereksploitasi dalam pembangunan infrastruktur persediaan sarana sepak bola, salah satu contoh di Arab pembangunan dalam persiapan menjemput ambisi sepak bola menuju Piala Dunia 2022 telah mengeksploitasi 1,8 klas pekerja migran dari dana pembangunan yang di sediakan Raja Salman sebesar $220 miliar (dalam USD) atau sekitar Rp3,344 triliun yang perbandingannya 16 kali lipat dari dana yang dikeluarkan Rusia pada Piala Dunia 2018 tak mampu mempertanggung jawab terhadap buruh migran yang di korbankan ( Baca : Indo progres)
“Itu hanya tentang uang dan cara mereka memperlakukan pekerja yang membangun stadion. Itu mengerikan. Dan ribuan orang meninggal. Dan kita tetap merayakan Piala Dunia”. (Eric Cantona)
Kita kembali ke Madrid berduel lawan Barcelona di final Supercopa de Espana 2023-2024. Laga ini digelar di Al-Awwal Stadium, Riyadh, Arab Saudi, Senin (15/01/2024) dini hari, patuh di berikan kritik selain merayakan dengan semangat.
Mengapa demikian? Dari uraian di atas kita bisa mengerti bahwa keyakinan kita kepada seni sepak bola profesional adalah bersih dari tindakan eksploitasi kemanusiaan. Aku sendiri sejak mengenal tradisi sepak bola jamannya Ronaldinho, Maradona, Kaka, Ronaldo, hingga penggemar saya C.Ronaldo yang di kenal sebagai seorang humanis, aku masih percaya bahwa seni sepak bola harus tetap di nikmati tapi harus menyampaikan fakta. Lapangan yang di sediakan dan pernah di pakai pada Piala Dunia Arab Saudi 2022 merupakan permainan bisnis yang telah membunuh buruh migran dan di eksploitasi.
Hal yang paling sederhana kenapa tidak di buat di Eropa? Apakah analisanya karna ada C Ronaldo di Riyadh (markar timnas Arab Saudi termaksud klub Al nasr, al hilal, dll) ataukah ini bagian dari skema bisnis yang sengaja di mainkan oleh Raja Salman? Silahkan cari tau. Masih banyak lagi fakta yang terjadi di dunia sepak bola, Di liga spanyol, liga inggris, bahkan sampai liga champion dan Piala Dunia. Pesan saya :
Bahwa sesungguhnya hanya memperjuangkan melawan tatanan yang mapan dengan cara beroganisasi, hadiri pertemuan organisasi, komite, aliansi, front, tingkatkan aktifitas politik organisisasi, menuju masyarakat sosialis yang kita yakini dengan kesabaran yang revolusioner merupakan jawaban dari melawan sistem menindas walau memilih jalan sunyi dan terjal.
Dari hal demikianlah kita bisa mewujudkan masyarakat sosialis. Dunia itulah seni sepak bola bisa di nikmati tanpa unsur penindasan yang akut, karna sepak bola di bawa kontrol buruh dan penggemar, bukan para kapitalis. Tidak hanya itu berjuang untuk sosialisme itu bisa buat aturan yang lebih humanis misalnya menghendaki kebebasan perempuan juga laki laki dari sistem budaya patriarki yang mengakar dari keluarga hingga negara. Dari situlah kita bisa hidup sejajar dan saling mengasihi.
Tanpa berupaya mewujudkan sosialisme dan hanya bersenang diri dengan syair, hikayat, sujud dan berserah diri, berakhir pada agama sebagai tempat pelarian tanpa berjuang maka sesungguhnya jelas kata Marx (Agama adalah Candu Rakyat, dan agama bukan sumber kita teraliasi dalam kritikannya terhadap feurback) . tempat pelarian bagi orang orang yang di tindas dari hubungan produksi yang menandas, dan kita sebagai pribadi yang tidak bermartabat jika kita tidak berjuang.
Penulis : Muhid Bayan