Blitar Kota Pusaka Yang Berdaya: Membangun Masa Depan Tanpa Melupakan Akar

Opini150 Dilihat

Oleh: Jessica Mega Aretama

Universitas Muhammadiyah Malang, Prodi Ilmu Pemerintahan

Di tengah arus urbanisasi dan digitalisasi yang cepat, Kota Blitar justru tampil berbeda. Ia tidak berambisi menjadi kota metropolitan, melainkan lebih memantapkan dirinya sebagai kota yang nyaman, berbudaya, dan mempunyai jati diri yang kuat. Tidak hanya sebagai kota sejarah tempat dimakamkannya Bung Karno, Blitar terus berbenah melalui beragam program inovatif dalam bidang pendidikan, lingkungan, pariwisata, dan sosial-ekonomi. Semua hal ini dilakukan tanpa meninggalkan akar budaya dan warisan leluhur. Inilah bentuk kepemimpinan dan pembangunan yang berdasarkan: berpijak pada nilai lokal untuk melompat ke masa depan.

Blitar dikenal sebagai Kota Pusaka. Di dalamnya hidup berbagai situs bersejarah seperti Makam Bung Karno dan Candi Penataran, candi terbesar di Jawa Timur yang menjadi saksi kekayaan Majapahit. Namun yang bisa membuat Blitar unik bukan hanya keberadaan situs-situs ini, tetapi juga adanya cara pemerintah dan masyarakat yang merawatnya. Pemerintah Kota Blitar rutin menggelar festival budaya seperti Blitar Djadoel, Festival Panataran, Blitar Creative Festival, dan pertunjukan seni rakyat yang melibatkan pelajar komunitas seni, hingga UMKM lokal. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa pelestarian sejarah bukan pekerjaan satu pihak. Justru di sinilah makna pembangunan berbasis budaya: menjadikan warisan sebagai penggerak ekonomi, edukasi, dan kebanggaan identitas. Tidak hanya bangga sebagai warga Blitar, tetapi juga sebagai bagian dari peradaban Nusantara.

Dalam bidang pendidikan, Kota Blitar menjalankan Program Blitar Cerdas yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pembelajaran. Program ini mencakup bimbingan belajar gratis, beasiswa bagi siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu, serta pelatihan guru melalui kerja sama dengan kampus dan lembaga pelatihan. Inovasi lainnya adalah adanya platform “Si Pintar”, sistem pembelajaran daring yang mendukung kegiatan belajar di era pasca-pandemi. Dengan platform ini, para siswa dapat belajar secara fleksibel dari rumah, termasuk akses materi, diskusi, dan uji coba soal. Langkah ini menunjukkan bahwa Kota Blitar memahami masa depan harus dibekali dengan kemampuan digital dan pembelajaran mandiri.

Kota Blitar juga menaruh perhatian serius pada pelestarian lingkungan. Kota ini dikenal sebagai salah satu kota kecil dengan ruang terbuka hijau (RTH) yang cukup luas dan terawat. Taman-taman kota tidak hanya menjadi ruang publik rekreatif, tetapi juga sarana edukasi lingkungan, seperti Taman Pecut yang sudah lengkap dengan fasilitas literasi dan juga edukasi anak. Dalam program pengelolaan sampah juga menjadi perhatian, seperti kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan bank sampah digital berbasis komunitas. Pemerintah juga mulai menggencarkan program urban farming dan penghijauan di sekolah-sekolah. Upaya ini tidak hanya mendorong gaya hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan, tetapi juga dapat memperkuat keterlibatan masyarakat dalam menjaga kota mereka sendiri.

Walaupun sering disebut dengan kota kecil, Blitar tetap menjadikan pariwisata sebagai bagian dari pembangunan yang berkelanjutan. Tetapi bukan pariwisata massal yang mengeksploitasi ruang, melainkan pariwisata edukatif dan berbasis komunitas. Wisata sejarah di kompleks Bung Karno dan Candi Penataran, wisata edukasi pertanian di daerah pinggiran, serta wisata seni dan budaya yang digerakkan komunitas menjadi andalan. Pemerintah Kota Blitar juga melibatkan masyarakat dalam pelatihan pemandu wisata, pengembangan homestay, serta promosi kuliner lokal. Wisata bukan hanya soal pemandangan, tapi soal pengalaman dan pemberdayaan. Maka dari itu, banyak pelaku UMKM lokal tumbuh berkat pengunjung yang mencari oleh khas seperti batik Blitaran, keripik tempe, atau kopi lokal.

Kepemimpinan Kota Blitar melalui program Blitar Bangkit Ekonomi menunjukkan adanya upaya nyata pemulihan ekonomi pasca pandemi. Fokus utamanya adalah digitalisasi UMKM, peningkatan literasi keuangan, serta pelatihan keterampilan kerja bagi pemuda dan perempuan. Pemerintah kota bekerja sama dengan platform digital seperti Tokopedia, Bukalapak, hingga perguruan tinggi lokal untuk mendampingi pelaku usaha naik kelas. Bahkan beberapa dari UMKM Blitar telat berhasil menembus pasar ekspor berkat program inkubasi bisnis. Inilah bukti bahwa ketika pemerintahan membuka akses, masyarakat bisa melangkah lebih jauh dari yang dibayangkan.

Kota Blitar mengajarkan bahwa kemajuan bukan tentang gedung tinggi atau jalan tol semata. Lebih dari itu, kemajuan adalah ketika kota bisa berpijak pada akar sejarah dan nilai lokal, namun berani melompat ke masa depan dengan gagasan inovatif dan kepemimpinan yang partisipatif. Melalui kombinasi antara pelestarian budaya, transformasi pendidikan, kepedulian lingkungan, penguatan pariwisata, dan pemberdayaan ekonomi, Blitar telah membangun wajah baru yaitu kota kecil dengan visi besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *