Menelusuri Peradaban Yang Hilang Dikampung Tua Ambatu

Opini218 Dilihat

Oleh: Sahib Munawar.S.Pd,I.M.Pd

Posttimur.com–Bukti artefak seperti Mesjid, sumur tua dan makam para leluhur adalah penanda arkeolog Peradaban yang ditinggalkan oleh masyarakat setempat yang pernah hidup dimasa lampau. Sebuah Peradaban yang lahir dan hidup ditengah tengah masyarakat yang bernama manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, baik dipandang dari segi kebudayaan, lingkungan dan zaman.  Peradaban yang bercorak keislaman di pulau ambatu kampung tua merupakan rekam jejak para leluhur yang tidak bisa dilupakan apalagi ditinggalkan begitu saja.

Jejak dan asal usul Ambatu kampung tua secara geografis yakni sebuah pulau kecil yang terletak di wilayah halmahera selatan (Bacan) mandioli utara, ambatu dijadikan tempat pemukiman dan pusat peradaban, dimana salah seorang penyiar IsIam bernama Ambasayang seorang ulama dan cendikia awalnya menginjakkan kaki di ambatu pada abad 15, tapi ada beberapa situs sejarah lisan yang menyebutkan bahwa sebelum kedatangan Ambasayang ke ambatu sudah ada warga yang bermukiman disana, mereka dari beragam suku, baik dari suku Ternate, Tobelo, tidore, Bugis dan Galela, dan masyarakat yang hidup dengan kebudayaan serta adatnya masing-masing, aktivitas mereka tentu tak terlepas dari masyarakat pertanian dan nelayan serta lainlainya.

Kepercayaan mereka masih primitif dengan animisme dan dinamisme pemujaan terhadap leluhur mereka. Dengan kehadiran Ambasayang kan dapat merubah cara berpikir hingga keyakinan mereka, yang jauh sebelumnya dibilang terbelakang, dan lalai dari Tuhan. Dari sini Misi utama Ambasayang adalah penyebaran IsIam dan meningkatkan kesadaran masyarakat dengan spiritual, mengembangkan pendidikan agama, membangun komunitas  muslim yang berkarakter.

Kemudian Ambasayang pun membangun sumur tua di pulau Ambatu yang akan dinamakan sumur Ambasayang dan  versi kedua sumur tua habib idrus bin salim Al-Jufri setelah menginjakkan kaki ke ambatu tersebut pada tahun 1963 sesudah Ambasayang  jaraknya waktu antara tahun 1401/abad 15  sampai dengan 1963 berarti sekitar 562 tahun usia yang sudah cukup tua tapi struktur asli masih terjaga, batu batu alam dijadikan bahan bangunan, sumur tua memiliki keunikan dan kekuatan spiritual tempat berdo’a atau bermeditasi, airnya segar dan tidak terasa asing lokasi strategis dipesisir pantai menjadi tujuan wisata religi, konon katanya ketika meminum air di sumur tua dapat menghilang penyakit sebab airnya mengandung penawar segala macam penyakit, airnya terasa enak bagaikan Le mineral atau seperti air zam-zam di Mekkah.

Karna itu bersumber dari mata air yang jernih dan terasa sejuk ketika meminumnya. Seperti halnya sumur tua yang ada di muara jambi sebuah situs peradaban yang hilang dan kononnya menurut warga masyarakat muara jambi bahwa ketika meminum air di sumur tua tersebut dapat awet muda, ini mirip sekali dengan sumur tua ambatu.  Sumur tua yang ketika itu Ambasayang mencari tempat strategis untuk menggalinya, Ambasayang juga membangun masjid untuk tempat beribadah dan pusat kegiatan komunitas dan pendidikan agama disana.

Sumur tua yang memakan waktu dengan berabad-abad tapi tidak terpengaruh dengan cuaca alam, sumber air bersih yang tidak pernah mengalami kekeringan sebab sumur tua ini dibangun dari bekas tangganya orang alim ulama dan atau orang sholeh, memiliki nilai spiritual dan makrifatnya tinggi. Hal ini harus dimasukkan sebagai Cagar budaya khas Bacan yang bercorak keislaman sebagai warisan budaya Indonesia bagian timur dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya sebuah pelestarian budaya.

Selain sumur tua juga terdapat Mesjid tua disamping sebagai penanda arkeologi peradaban IsIam disana adalah pusat peribadatan dan spiritual keagamaan yang  ciri khas awal peradaban IsIam ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah yang diutamakan membangun mesjid. 

Selain mesjid juga terdapat makam yang harus dihormati dan untuk mengingat para leluhur kita, demikian juga tradisi satu syawal ramadhan yang dipusatkan di pulau Ambatu kampung tua tersebut menjadi situs peradaban IsIam yang sangat kaya akan makna historis yang sengaja tidak digubris bahkan diabaikan begitu saja, seperti kehilangan sejarah dan bisa dibilang  sejarah peradaban yang kaya itu, telah sirna ditelan zaman dari generasi ke generasi tanpa ditelusuri lebih mendalam.

Sejarah keemasan yang kaya akan peradaban yang terdapat di pulau Ambatu atau kampung tua , sehingga berbagai upaya untuk menelusuri rekam jejak tersebut dan kenapa sampai anak cucu Habib idrus bin salim Al-Jufri, yaitu Habib Asaggaf Al-Jufri sampai datang ke Ambatu kampung tua yang dulunya menjadi tempat bersejarah berkunjung kakeknya Habib idrus bin salim Al-Jufri pada tahun 1963 sebelum beliau wafat di tahun 1969 dari jarak  waktu tujuh tahun sampai sekarang ada yayasan pendidikan Alkhairaat di desa Pelita. 

Begitu juga parah alim ulama dan bahkan Kesultanan Bacan yang mempunyai rekam jejak di pulau ambatu kampung tua tersebut, dan sekarang sepertinya sejarah keemasan peradaban ini dianggap mitos tidak urgen dan sengaja dilupakan tanpa digubris lebih kedalam, bagaikan peradaban yang hilang tanpa jejak dan tidak ada niatan untuk merekonstruksi kembali. 

Mungkin sampai disini dulu waktu kita untuk jeda, menelusuri dan mencari data-data yang valid berupa arsip-arsip tentang peradaban IsIam ambatu kampung tua dan parah leluhur kita, tiada gading yang tak retak semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *