(Oleh: Kakang Eluyz)
17 Januari 2025
Posttimur.com– Pemikiran Filsafat merupakan pemikiran reflektif yang dapat berubah dari waktu ke waktu dan zaman ke zaman, suatu konsep yang terbuka dalam pengertian selalu berkembang sesuai dengan keadaan dan untuk mencari pemecahan problematika berdasarkan pada bidang yang dihadapi, maka filsafat sebagai objek formalnya.
Pemikiran filsafat runtut artinya memperhatikan kaidah-kaidah logika, menyeluruh, mencakup semua aspek-aspek kehidupan dan mendasar sampai ke hal-hal yang fundamental dan spekulatif dapat dijadikan titik tolak.
Perkembangan pemikiran filsafat Timur dan barat hampir sama seperti dalam bidang-bidang ilmu yang lain dengan penekanan dalam bentuk konflik disharmoni persaingan maupun perbedaan persepsi dari pada saling mengerti dan memaklumi para ahli tentang Timur, para orientalis telah bekerja keras mengkaji dunia Timur namun ternyata sampai saat ini belum berhasil untuk hubungan yang harmonis antara Timur dan barat.
Dalam perspektif Timur memandang barat sering digambarkan sebagai materialisme, kapitalisme, rasionalisme atau dinamisasi dan saintisme serta sekularisme. Sedangkan Barat memandang Timur sebagai kemiskinan, kebodohan, statis dan fatalistis. untuk lebih memahami pemikiran Timur dan barat perlu kiranya diadakan penelitian atau kajian secara lebih serius, maka dalam hal ini ‘saya akan’ memaparkan antara filsafat Timur dan barat.
Filsafat Islam atau Timur bukan sekedar kajian tentang isme-isme dan aliran pemikiran metafisis apalagi sekedar kajian tentang sejarah pemikiran tokoh-tokoh filsafat, kajian filsafat mestinya dilandasi dengan kajian empat bahan pokok antara lain, metafisika, etika, estetika dan terutama adalah epistemologi disamping sejarah. Hanya saja dari bagian-bagian terpenting itu sengaja dilupakan sehingga kajian filsafat Islam tidak mengalami kemajuan mala mengalami kemandekan apalagi memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan pemikiran Islam.
Filsafat Islam tidak bisa terlepaskan dari khazanah pemikiran Islam baik dari aspek konteks maupun sejarah perkembangannya, sesungguhnya bukan suatu yang sederhana, banyak aspek dan hubungan yang harus dipahami, dijelaskan dan diuraikan ketidak telitian dalam mencermati, memilih dan memilah, persoalan inilah yang menyebabkan kita salah dalam menilai dan mengambil tindakan.
Ada yang sikap anti terhadap filsafat di sebagian umat Islam dan anggapan bahwa filsafat Islam tidak lain adalah jiplakan dari Yunani, salah satu sebab karena adanya kurang ketelitian tersebut.
Tulisan ini mencermati persoalan tersebut, berkaitan dengan akar atau sumber-sumber penalaran rasional dalam Islam yang dari sana kemudian berkembang menjadi sebuah sistem pemikiran logis dan filosofis.
Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, diakui, banyak kalangan telah mendorong perkembangan filsafat Islam menjadi semakin pesat. Meski demikian, seperti ditulis Oliver Leaman, hal itu bukan berarti filsafat Islam berasal dari terjemahan teks-teks Yunani tersebut atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles (384–322 SM) seperti dituduhkan Ernest Renan (1823–1892 M) atau dari Neo-Platonisme seperti dituduhkan Pierre Duhem (1861-1916 M).
Pertama, belajar atau berguru tidak berarti hanya meniru atau membebek semata. Harus dipahami bahwa suatu ide dapat dibahas oleh banyak orang dan akan tampil dalam berbagai macam fenomena. Seseorang berhak mengambil sebagian gagasan orang lain, tetapi itu semua tidak menghalanginya untuk menampilkan teori atau filsafatnya sendiri.
Aristoteles, misalnya, jelas merupakan murid Plato (427–348 SM), tetapi ia mempunyai pandangan sendiri yang tidak dikatakan gurunya. Begitu pula Baruch Spinoza (1632–1677 M) walau secara jelas sebagai pengikut Rene Descartes (1596–1650 M), tetapi ia dianggap mempunyai pandangan filosofis yang berdiri sendiri. Seperti itulah yang juga terjadi pada filosof Muslim. Misalnya Al-Farabi (870–950 M) dan Ibn Rusyd (1126-1198 M) misalnya, walau banyak diilhami oleh pemikiran filsafat Yunani, tetapi ia mempunyai pandangan sendiri yang tidak sama dengan sebelumnya.
Yunani tetapi benar-benar berdasar pada ajaran-ajaran pokok Islam sendiri, muncul pertanyaan, bagaimana dari pokok-pokok ajaran Islam yaitu Al-Quran yang global dan tidak mengajarkan tata berpikir secara terperinci bisa melahirkan Sistem berpikir rasionaldan filosofis.?
Kemunculan sistem berpikir rasional dalam Islam, seperti juga ditulis Louis Gardet dan Anawati, pertama, didorong oleh munculnya mazhab-mazhab, bahasa (nahw) lantaran adanya keperluan untuk dapat memahami ajaran Al-Quran secara baik dan benar. Harus dipahami, meski Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab, tetapi tidak semua lafalnya bisa dengan mudah dipahami oleh orang-orang Arab sendiri saat itu.
Sejak Khulafa Al-Rasyidin (632- 660 M) sudah dirasakan adanya keperluan tentang tafsir dan cara pembacaan yang benar. Bersamaan dengan semakin banyaknya orang non-Arab yang masuk Islam, keperluan tersebut semakin besar dan mendesak, dan ketika pengetahuan keagamaan mulai dibicarakan, orang-orang pun semakin merasa perlu akan adanya kaidah kebahasaan yang memungkinkan orang untuk membaca Al-Quran secara benar, disamping itulah untuk mengetahui kemukjizatan Al-Quran dari segi bahasanya.
Perlu kiranya kita dudukan antara filsafat Timur dan barat : Filsafat Barat dipengaruhi oleh materialisme dan mekanisme, dan filsafat barat bangga dengan aliran itu karena membantu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memungkinkan mereka menempati seluruh planet selama berabad-abad.
Terdapat beberapa aliran Menurut idealisme mampu menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermanfaat, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup yang bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk lebih baik. Kedudukan peserta didik menurut aliran idealisme merupakan individu yang bebas akan mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. Menurut pemahaman pragmatisme, kebenaran adalah sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai kebenaran dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting dan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu -individu.
Perkembangan filsafat dari sekian banyak aliran dari timur maupun barat kini Filsafat India berkembang dan menjadikan satu dengan agama hingga kemudian pemikiran filsafat India bersifat religius yang tujuannya adalah mendapatkan keselamatan di akhirat. Sebentara Filsafat China adalah filsafat yang berfungsi pada kehidupan manusia agar dapat mempertinggikan tingkatan rohani. Penduduk Tiongkok bahwa kewajiban (bukan hak) dengan kemungkinannya manusia mendapatkan watak yang digambarkan sebagai seorang yang arif bijaksana.
Filsafat Islam pada hakikatnya merupakan Filsafat yang bercorak Islami. Islam diposisikan sebagai corak, sifat ataupun karakter daripada Filsafat itu. Dalam artiannya Filsafat Islam bukan tentang the philosophy of Islam, namun Filsafat Islam memiliki artian berpikir bebas juga radikal, tetapi masih ada atau berada pada makna sifat, corak karakter yang terselamatkan juga memberikan kedamaian pada hati.
kritik filsafat Barat terhadap filsafat Timur
Kritik Epistemologis yaitu Kurangnya rasionalitas dan logika seperti Filsuf Barat Rene Descartes dan Immanuel Kant mengkritik filsafat Timur karena kurangnya pendekatan rasional dan logis. Filsuf Barat seperti David Hume dan Friedrich Nietzsche mengkritik filsafat Timur karena terlalu bergantung pada wahyu dan tradisi, bukan pada pengalaman dan observasi. Filsuf Barat seperti Voltaire dan Jean Paul Sartre mengkritik filsafat Timur karena kurangnya pemisahan antara agama dan filsafat.
Kritik Ontologis
Pandangan holistik terlalu abstrak. Filsuf Barat seperti Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengkritik filsafat Timur karena pandangan holistik yang terlalu abstrak dan tidak mempertimbangkan kompleksitas realitas. Kurangnya perhatian terhadap individu: Filsuf Barat seperti John Locke dan Thomas Hobbes mengkritik filsafat Timur karena kurangnya perhatian terhadap individu dan hak haknya. Pandangan tentang waktu dan ruang: Filsuf Barat seperti Henri Bergson mengkritik filsafat Timur karena pandangan tentang waktu dan ruang yang berbeda.
Kritik Etis
Kurangnya universalitas: Filsuf Barat seperti Immanuel Kant mengkritik filsafat Timur karena kurangnya universalitas dalam prinsip prinsip etis. Terlalu bergantung pada otoritas agama: Filsuf Barat seperti Friedrich Nietzsche mengkritik filsafat Timur karena terlalu bergantung pada otoritas agama dalam menentukan moralitas. Filsuf Barat seperti John Rawls mengkritik filsafat Timur karena kurangnya perhatian terhadap hak-hak manusia dan keadilan sosial.
Kritik lain
Kurangnya kemajuan ilmiah: Filsuf Barat seperti Francis Bacon mengkritik filsafat Timur karena kurangnya kemajuan ilmiah dan teknologi. Terlalu bergantung pada mistik : Filsuf Barat seperti Ernst Cassirer mengkritik filsafat Timur karena terlalu bergantung pada mistik dan tidak mempertimbangkan aspek rasional.
Tanggapan dari Filsuf Timur
Muthahhari: Menekankan pentingnya memahami konteks kultural dan sejarah dalam membandingkan filsafat Timur-Barat. Ibnu Sina : Menekankan pentingnya rasionalitas dan logika dalam filsafat Timur. Ibn Rasyid: Menekankan pentingnya memisahkan agama dan filsafat.
Terakhir dari dari saya, mengutip apa yang dikatakan oleh Ibnu Al Farabi bahwa “filsafat adalah Al ilmu Bil Maujudat bima hiya al maujudat, Ilmu yang menyelidiki hakikat dari segala sesuatu yang ada, tentang Tuhan, Alam dan manusia”. Tiada gading yang tak retak semoga bermanfaat