POSTTIMUR.com, SERAM- Puluhan pelajar dari Kecamatan Kilimury, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, setiap hari mempertaruhkan nyawa demi mengenyam pendidikan.
Anak-anak dari sejumlah dusun seperti Dawang, Nekan, Walangtanga, Likuratu, hingga Afang Kota, terpaksa menyeberangi sungai deras tanpa jembatan atau transportasi air yang aman, hanya untuk bisa sampai ke sekolah di Desa Afang Defol.
Dengan pakaian yang dilepas dan tas diangkat tinggi agar tidak basah, mereka berjalan melawan arus sungai yang deras sebuah perjalanan ekstrem yang mereka tempuh setiap hari. Tidak jarang, saat musim hujan datang dan debit air meningkat, mereka harus absen hingga beberapa hari karena tidak bisa menyeberang dengan aman.
“Kondisi ini sudah berlangsung selama puluhan tahun dan terus dirasakan oleh generasi ke generasi,” ujar Ryan Suneth, Sekretaris Bidang Kajian dan Strategi ISMEI Wilayah XI, dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (4/6).
Menurut Ryan, persoalan utama bukan sekadar kondisi geografis, melainkan minimnya perhatian dan komitmen pemerintah daerah dan provinsi dalam menyediakan infrastruktur dasar pendidikan.
“Ironisnya, hingga saat ini belum terlihat langkah konkret dari Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur maupun Pemerintah Provinsi Maluku,” lanjutnya.
Padahal, Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara dan negara wajib menyelenggarakan pendidikan dasar yang layak dan aman di seluruh wilayah, tanpa terkecuali.
Situasi ini dinilai sebagai bentuk kegagalan pemerintah dalam memenuhi tanggung jawab konstitusionalnya. Untuk itu, ISMEI Wilayah XI mendesak pemerintah daerah untuk segera:
1. Membangun jembatan atau menyediakan transportasi penyeberangan air yang aman di setiap dusun tanpa akses ke desa pusat pendidikan.
2. Memastikan pemerataan pembangunan infrastruktur pendidikan di wilayah-wilayah tertinggal dan terisolasi.
3. Mendorong masyarakat agar tidak membiarkan kondisi ini dianggap sebagai hal yang wajar.
“Diam adalah bentuk persetujuan terhadap ketidakadilan. Ketika negara gagal menjamin akses pendidikan yang adil dan aman, maka rakyat harus bersuara, bukan untuk melawan, tetapi untuk menyadarkan,” tegas Ryan.
Editor: Ikhy








