Bagaimana Islam Memandang HMI?

Opini173 Dilihat

Bagaimana Islam Memandang HMI?

Oleh : Naufaldi Hadyan Saleh

Bismillahhirrahmannirrahim

Alhamdulillah ucapan pengahambaan untuk senantiasa kita bersyukur kepadanya sang Rabbul Jalil Allah SWT. Shalawat serta salam kita kirimkan kepada manusia pilihan yang maha paripurna serta rahmat bagi alam semesta yakni Nabi Muhammad SAW. Tulisan ini berangkat dari sebuah realita yang tergambarkan pada diri seorang yang katanya berlabel kader HMI. Pertanyaan pun muncul apakah selama 6 dasawarsa ini islam yang diasaskan dalam HMI sebagaimana termuat dalam Bab II pasal III AD/ART HMI sudah terjalankan dengan benar atau tidak. Apakah benar ideologi dan doktrin perjuangan HMI yang senantiasa digaungkan sudah sesuai dengan syariat islam dan bagaimana sebetulnya islam memandang HMI. Rasanya beberapa hal tersebut menjadi pertanyaan mendasar bagi seorang kader HMI.

Dikutip dalam buku “HMI Candradimuka Mahasiswa” Agussalim sitompul berpendapat Banyak yang mengatakan ideologi dari kader HMI adalah islam. Tetapi sebenarnya ideologi itu hasil ciptaan dan pemikiran manusia. Sedangkan islam adalah

wahyu dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ujarnya. Jika ditelitik mendalam sebenarnya islam merupakan kepercayaan yang agung dan maha tinggi sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Q.S. Ali ‘Imran : 19). Lewat firman diatas selayaknya seluruh kader HMI patut bersyukur dan berbangga karena pernyataan tersebut langsung disampaikan oleh Allah SWT.

 

Pada Bab IV pasal 7 status HMI adalah organisasi Mahasiswa. Sebutan kata yang tidak semua orang dapat menyandang status tersebut. Selayaknya jika mahasiswa adalah penuntut ilmu maka HMI adalah majelis ilmunya. Maka ini sangat dianjurkan di dalam islam. Imam Syafi’i pernah berkata, Ta’allam falaisal mar’u yuuladu ‘aaliman yang artinya “belajarlah karena tidak ada orang yang terlahir dalam keadaan berilmu”. Oleh sebab itu, tak akan sempurna agama dan amal ibadah seorang muslim, tanpa menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah). Sebagian dari kita, terutama para kader HMI masih menganggap tabu apabila diajak untuk menghadiri beberapa majelis ilmu untuk mengkaji kajian islam. Padahal faktanya, banyak sekali keutamaan berada di majelis ilmu, diantaranya Merupakan jihad fiisabilillah, Dimudahkan jalannya menuju surga dll sebagaimana hadits nabi.

Dilain sisi HMI sebagai bagian dari umat dan bangsa dituntut untuk ikut bertanggungjawab dalam proses keumatan dan kebangsaan. Jangan sampai para kader HMI terjebak hanya pada permasalahan – permasalahan jangka pendek dan tidak strategis, tidak produktif dan cenderung destruktif, mengingat tantangan umat dan bangsa semakin kompleks dan akumulatif sebagaimna pasal 9 peran HMI sebagai organisasi perjuangan. Hasil dari perjuangan yaitu masyarakat Islam yang sebenarbenarnya yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur di bawah satu atap panji Islam. Karena esensi dari perjuangan sesungguhnya adalah jihad fiisabilillah. Perjuangan di jalan Allah. Maka Allah pun berfirman “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al- ‘Ankabuut : 69).

Berdasarkan konteks berdirinya dan perjalanan sejarahnya maka corak yang harusnya lebih dominan oleh HMI adalah corak islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, islam yang rahmat bagi semesta alam. Setidaknya penulis coba melihat secara faktual dari beberapa pernyataan di atas bahwa Konstitusi HMI tidak bertentangan dengan islam bahkan sangat dianjurkan. Bertolak dari landasan, arah, dan tujuan perkaderan HMI maka akhir dari kegiatan perkaderan diarahkan pada profil kader yang ideal yaitu muslim intelektual dan profesional. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *