TIMURPOST.com, TERNATE–Presiden Joko Widodo menyebut pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tertinggi di dunia karena mampu tumbuh hingga 27 persen tahun ini.
Mendegar Pidato Presiden terasa miris, dan hanya berucap Sunguh Bapak Presiden yang terhormat sebagai rakyat Maluku Utara, kami tak pernah bangga sedikitpun atas pertumbuhan yang tinggi, kami tak merasa tersanjung, dengan apapun pujian yang diberikan oleh pihak lain atas Maluku Utara.
Akademisi Universitas Khairun Dr Mochtar Adam menyebut sejak 1 Januari 2020, saat dunia mengalami bencana Covid-19, kami sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi Maluku Utara akan tumbuh gila-gilaan sekalipun dunia lagi di rundung duka, oleh karena pemberlakukan ekspor yang ditetapkan Presiden dengan ori 0,5, telah memaksa industry pertambangan menancapkan produksinya di Halmahera.
Mochtar Mengatakan Sejak itulah terlihat keberpihakan pemerintah pusat terhadap industry pertambangan, berbagai fasilitas yang negara berikan kepada industry pertambangan, baik dari sisi kebijakan, fasilitas dan kemudahan yang luar biasa sehingga Desa Sagea yang terpencil, disulap sejenak menjadi kota yang megah, semua instansi negara ada didalam Kawasan yang dibangun, tak kalah gemerlap dentuman mesin di pulau Obi.
”Seirama dengan deru mesin di Maba Halmahera Timur, seolah berlomba kecepatan untuk produksi, impor masuk sangat tinggi, indikator-indikator ekonomi mulai berubah, struktur ekonomi yang di sangha oleh sektor pertanian, sebagai basis pekerjaan masyoritas masyarakat Maluku Utara, mulai secara berlahan tersingkir, ekspektasi yang relative tinggi dengan masuknya investasi akan mendorong sector lain turut bertumbuh ternyata tidak, dorongannya sangat rendah, jika tidak dibilang nyaris tak terdengar,”Kata Mochtar Adam, Kamis (01/12/2022)
Dikatakan Pelaku usaha kecil dan menengah, diharapkan mengambil peran dalam gerak ekonomi tambang, ternyata kalah pamor dengan para pengusaha nasional dan pejabat nasional yang datang membawa pelaku usaha, saling campur dalam gerak industry, mungkin karena kecil dan mikro tak bisa menikmati pergerakan IWIP yang menglobal.
”Pidato presiden seakan memberi pesan kepada Rakyat Maluku Utara untuk menjaga sector tambang, oleh karena pertumbuhan yang tinggi sedunia itu di sumbangkan oleh dari sector pertambangan yang mencapai 33.33% , hasil pengalian sector tambang selanjutnya di proses dalam mesin produksi turut berkonstribusi dengan pertumbuhan mencapai 112.50%, pertumbuhan yang spektakuler itu, dapat dipahami dengan sais ekonomi yang kecil”
”Maluku Utara penyumbang ekonomi yang kecil bagi Produk Domestik Bruto (PDB), namun di tengah kekecilan itu Pak Presiden kami menjaga Industri Tambang, bagai menjaga anak emas, walau mereka tidak membayar Pajak Daerah, kami dengan legowo tak memaksakan, walau produk local kami tidak dibeli, kami cukup ikhlas untuk tidak melawan, walau tenaga kerja kami hanya buru, dengan lapisan pekerjaan yang rendah kami sudah bersyukur, kesyukuran kami inilah terlihat dalam Indeks Bahagia yang kami kirimkan, sebagai cara kami mensyukuri apa yang diberikan. ”Ungkap Mochtar
”Andaikan Bapak Presiden bisa melihat sector konsumsi rumah tangga kami mengalami minus 0,48, pengeluaran masyarakat mengalami pelemahan sebagai dampak dari anjloknya harga kopra dari Quartal-1 Tahun 2022 sebesar 12.500 per kilogram turun menjadi 3.000/kilohram di Quartal 3 Tahun yang sama, dan yang menyedihkan Ketika Presiden datang ke Jailolo, Pernyataan yang menyedihkan soal Kopra seakan Presiden menyerahkan problemnya ke pasar global, hal yang berbeda dengan dengan kasus sawit yang anjlok, Presiden mengarahkan banyak kebijakan untuk melindungi petani Sawit berbeda dengan kami yang petani Kopra.”Ujar Akademisi Unkhair ini
Mochtar Menjelaskan Anjloknya Kopra dan daya beli, menjadi alasan rendahnya permintaan di pasar, yang Pak Presiden menemukan inflasi hanya sebesar 3%, ditengah kenaikan harga BBM, factor yang mempengaruhi adalah daya beli kami menurun, dari anjloknya harga Kopra, yang membuat persiapan perayaan Natal dan Tahun Baru terasa sepi, dari kenaikan harga BBM dan anjloknya harga Kopra membuat kami hanya bisa pasrah pada keadaan.
”Sunguh Pak Presiden, kami tak pernah bangga dengan pujian pertumbuhan ekonomi, oleh karena di pusat-pusat industry tambang, justru kami mengalami kemiskinan, harga barang kami naik, Tol Laut yang diharapkan menjadi motor stabilisasi harga tak bisa mengatasi pulau-pulau kecil yang kami huni, barang-barang konsumsi kami berharap dari Jawa Timur, Makassar dan Manado, kami tak cukup kuat untuk berkompetisi di produk horti dan barang konsumsi utama, irigasi kami terbatas, kalaupun ada irigasi hanya ada dilokasi transmigrasi.”Jelasnya
Ia Menambhkan Dampak dari pelemahan ini, pertumbuhan ekonomi kami telah mengalir ke Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, untuk barang-barang konsumis, ayak dan telur ayam kami hanya berharap dari Jawa Timur dan Makassar, ikan yang kami miliki, laut yang luas tapi inflasi kami dari ikan tongkol, harga barang konsumsi menjadi mahal, Maluku Utara ditepatkan sebagai Kota Termahal ke tiga, tapi kami tak merasakan arti dari kebijakan kemahalan harga seperti daerah lain yang mendapatkan tunjangan kemahalan.
Pak Presiden kami menjaga Industri Tambang, dengan sangat baik, buktinya Gubernur menaikan Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi dengan kenaikan sebesar 4%, hanya untuk sector usaha lain termasuk usaha di bidang UMKM, tapi untuk industry tambang, kami tidak menaikkan UMR bagi pekerja yang bekerja di sector tambang, itulah cara kami menjaga insudtri tambang agar tetap eksis dipasar global walaupun kami harus miskin dalam Bahagia. ”Tutup Mochtar Adam
#tp/Novi