Untuk Mengarungi Hakikatnya Samudera Cinta, Pandangan Para Tokoh

Opini434 Dilihat

Oleh : Ajim Umar

Cinta dengan segala konsep merupakan hal umum yang dimaknai berbeda oleh setiap individu, dan lazim bagi setiap manusia untuk mendefinisikan serta berangapan apakah cinta itu penting untuk kehidupan pribadinya.? Namun juga merupakan hal wajar, jika banyak insan yang belum memahami konsep cinta itu sendiri, bagaimana cara mencintai berbagai hal yang ada di dunia ini.

Oleh sebab itu banyak para filsuf, baik itu dari Barat atau timur, menawarkan konsep cinta agar lebih mudah untuk dipahami.! Pemikiran tentang cinta telah dikemukakan oleh para filsuf. Seperti halnya Plato filsuf Yunani “Salah satu ide utama adalah cinta merupakan kekuatan, mendorong jiwa manusia ke arah sang ideal atau kebenaran absolut”.

Menurut Plato, manusia terbaik adalah mereka yang memiliki cinta didalam dirinya terutama cinta terhadap kebijaksanaan. Fungsi jiwa manusia dibagi menjadi tiga oleh Plato. Satu, Apithumea adalah untuk nafsu makan, minum, seks atau kebutuhan biologis. Dua, thumos, artinya bertanggung jawab untuk afeksi rasa semangat atau agresi, dan ketiga, Logistikon yaitu untuk berpikir.

Plato mengelompokkan manusia terbaik sebagai manusia yang mencintai kebijaksanaan atau philosopos, yang merupakan kombinasi dari ketiga bagian jiwa tersebut.

Terdapat juga pemikiran cinta dari Paul Tillich, yang merupakan filsuf aliran ekstensialis yang berasal dari Jerman, pemikiran, Tillich “Cinta merupakan kekuatan yang tidak terpisahkan dari keberadaan manusia”.

Cinta menjadi motopenggerak kehidupan manusia serta sumber ketenangan batin, cinta merupakan Kekuatan, ia dapat menyatukan segala sesuatu menjadi satu kesatuan yang utuh dan indah.

Belum lagi kita menakar, cinta dalam pandangan Rumi. Rumi menyebut cinta itu bagian dari sifat esensial dari Tuhan dan sumber segala kebaikan di dunia, cinta menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan. “Cinta sebagai penggerak perubahan menuju kesempurnaan”.

Cinta bagi Muhammad Iqbal seorang filsuf dan penyair dari Pakistan ” Cinta bukanlah sesuatu perolehan atas dasar perjuangan yang berat melainkan merupakan instrumen untuk menuju kesempurnaan karena sumber kehidupan tanpa ujung tak kenal lelah dan gagal,. Begitulah dalam sajaknya yang berjudul ” Parlemen Setang” Apakah cinta pengembaraan tanpa unjung atau menerjang segala batas, menyelamatkan tujuan akhir, cinta tidak mengenal akhir ia selalu kedepan dan tak mengenal gagal,

tentu itu adalah, cinta yang terus mengalir mengarungi samudra kehidupan tetap dengan cinta. Mahatma Gandhi, seorang pejuang Revolusi Cinta. Baginya cinta harus meresapi seluruh aspek kehidupan kita. “Baik itu politik, sosial atau pribadi, semua aktivitas manusia harus didasari oleh cinta’. Cinta harus menjadi prinsip pengorganisasian kehidupan individu dan seluruh masyarakat.

Bagi Gandhi, cinta tidak mengenal batas dan batasan, tanpa batas dan tanpa syarat. Katanya, “di mana ada cinta, di situ ada kehidupan, dan di mana ada cinta, di situ ada cahaya.”

Erick Fromm dalam buku Seni Mencintai mengatakan bahwa permasalah manusia saat ini ialah banyak orang yang menekankan dicintai, dari pada mencintai.

Seseorang akan merasa sangat berarti ketika dicintai oleh orang lain dan merasa terbebani jika harus mencintai orang lain. Apakah cinta seperti itu yang disebut seni?. Bagi Fromm, cinta bukan tentang bagaimana seseorang bisa jatuh cinta, melainkan bagaimana seseorang bisa berdiri dan menerima cinta tersebut.

Fromm berpendapat, bahwa ketika seseorang menerima cinta, orang tersebut tidak dalam keadaan jatuh, melainkan berdiri dan menyambutnya. Fromm mengibaratkan bahwa ketika seseorang merasakan cinta, ia akan berdiri di dalamnya serta menikmati setiap bentuk kasih dan cinta.

Fromm, mengemukakan bahwa ketika dua insan merasakan cinta, dalam diri mereka hanyalah kesatuan, bukanlah suatu keterpisahan. Cinta itu maknanya sangat luas walaupun banyak diuraikan oleh manusia bahkan setingkat Filsuf, Sufi dst. Sebab cinta adalah seluas samudera yang membentang, “cinta adalah makna luas yang tidak cukup didefinisikan dalam kata-kata”.

Sedalam samudera yang menghujam, cinta merupakan kumpulan rasa yang tidak pernah habis dilukis degan tindakan. Sebab cinta terlampau luas, dan teramat dalam, untuk sekedar dituang lewat bahasa dan perilaku.

Maka untuk mengetahuinya, kita perlu menyelam hingga ke dasarnya; agar dapat benar-benar menangkap makna cinta dengan tepat, meskipun makna-makna itu tidak akan pernah habis, sebanyak apapun kita menyelaminya. Seperti kekayaan samudera yang tidak pernah habis degan seribu kali penyelaman.

Cinta itu energi yang menghidupkan, dan karenanya mesti dijaga. Seperti sinar mentari tak pernah bosan memancarkan energi kehidupan bagi semua. Cinta kemudian diatur sebagai bingkai iman dan takwa, dalam ketundukkan dan manisnya penghambaan.

Ibn Arabi, punya pemahaman mendalam tentang segitiga cinta kepada Tuhan, manusia, dan alam semesta. bahwa segala mauzud merupakan manifestasi dari sifat-sifat Tuhan, maha kasih serta sayang. Pandangan Ibn Arabi ini mengajak kita untuk melihat alam tidak hanya sebagai penampakan fisik, melainkan juga sebagai alam spiritual.

Dalam pandangan Ibn Arabi, alam sendiri menjadi ekspresi kasih Tuhan. Cinta yang digambarkan Ibn Arabi adalah kekuatan menyeluruh yang melampaui emosi individu,

menghubungkan umat manusia dan alam semesta dengan Tuhan. Ini adalah cinta yang mendalam yang menyatukan, dan memberikan transformatif, ketika seseorang benar-benar mencintai Tuhan, hatinya terbuka siap mendekap seluruh alam ciptaan.

Tentu ini cinta yang cenderung pada kesatuan, mengakui bahwa percikan ilahi hendak terejhwantahkan dalam jiwa manusia juga ada di seluruh alam. Sumbernya, dalam tasawuf, cinta kepada Tuhan bukanlah sebuah perjalanan tersendiri, tetapi ia sebuah ajakan menuju cinta inklusif, menyelimuti seluruh ciptaan. Ketika seseorang mencintai Tuhan, cinta tersebut secara alami mengalir keluar, merangkul seluruh yang ada.

Cinta yang saling berkelindan ini membawa implikasi besar pada cara kita memandang dan berinteraksi dengan sesama manusia. Menumbuhkan rasa kasih sayang, empati, dan rasa persatuan di antara individu, melampaui batas-batas kebangsaan, etnis, dan bahkan keyakinan.

Cinta tak bisa digambarkan dengan kata-kata yang indah namun harus dilalui dengan pengorbanan agar dapat mengarungi samudra menuju kesempurnaan cinta yang hakiki.

 

Oleh : Ajim Umar

Sekertaris Jendral : Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-indonesia (Ikahimsi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *