POSTTIMUR.com, HALUT- Suasana Desa Makaeling pada Rabu (13/8/2025) malam terasa meriah dengan digelarnya pembukaan Pentas Seni dan Budaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Khairun Tahap I Tahun 2025 dengan pemuda Desa Makaeling, sebagai upaya merawat generasi dan menjaga kelestarian budaya lokal.
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Makaeling, Nurdin Salamat, yang menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif mahasiswa KKN.
“Sejak awal mereka hadir, banyak kegiatan positif yang sudah dilakukan, mulai dari kebersihan lingkungan, keagamaan, pendidikan, hingga turnamen sepak bola. Malam ini kita lanjutkan dengan pentas seni dan budaya. Semoga kegiatan ini berjalan lancar dan menjadi catatan amal kebaikan di sisi Allah SWT,” ujarnya.
Rifaldo Jabir, Ketua Panitia, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan acara, serta memohon maaf bila terdapat kekurangan. Ia mengajak mahasiswa KKN dan pemuda Desa Makaeling untuk terus bersemangat mengembangkan potensi desa.
Baca Juga:
Turnamen Sepak Bola di Makaeling Ditutup dengan Seruan Bebaskan 11 Pejuang Lingkungan Maba Sangaji
Sementara itu, Riski, Koordinator Lapangan Mahasiswa KKN, menegaskan bahwa keberadaan mahasiswa KKN di Desa Makaeling adalah bentuk nyata kebersamaan, gotong royong, dan keterlibatan langsung dalam kehidupan masyarakat.
“Mahasiswa KKN adalah bagian dari keluarga besar desa ini. Melalui pentas seni dan budaya, kita ingin melestarikan tradisi sekaligus mempererat persaudaraan,” ujarnya.
Acara malam itu semakin semarak dengan penampilan tarian tradisional, pembacaan puisi, dan berbagai atraksi seni yang dibawakan oleh anak-anak, pemuda desa, dan mahasiswa KKN.
Momentum HUT RI ke-80 ini menjadi pengingat akan perjuangan para pahlawan, sekaligus ajakan untuk mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Melalui kreativitas dan kolaborasi, semangat kemerdekaan di Desa Makaeling hidup tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam aksi yang membangun dan menghargai kearifan lokal.
